Chapter 22

130 17 6
                                    

XZ Gallery, Hangzhou

Pemuda yang bekerja sebagai staff pengelola galeri itu duduk di balik meja dan terfokus pada laptop di depannya. Dia bahkan tidak menyadari kedatangan Xiao Zhan.

"Hallo, Tuan," dia menyapa ramah. "Ini di luar kebiasaan. Anda datang tanpa mengabariku."

Xiao Zhan tersenyum tipis.

"Aku tidak akan lama. Hanya lewat. Lagipula temanku mungkin tidak berencana menghabiskan waktunya di sini."

Yangyang meneliti setiap bagian dari galeri itu, mengamati satu lukisan yang menarik perhatiannya.

"Karya-karyamu sangat unik dan berkarakter, " dia berkomentar.

"Yah. Impressionis."

"Cukup berani." Yangyang mengerling.

"Tak cukup unik untuk memenuhi selera tinggi Tuan Muda Yangyang," gurau Xiao Zhan ringan.

Yangyang berpindah dari satu lukisan ke lukisan lain.

"Tidak juga. Aku awam dalam hal seni. Tapi apa pun yang berhubungan denganmu, sudah bisa dipastikan akan memenuhi seleraku."

Xiao Zhan hanya menanggapi dengan deheman. Lalu mulai bicara dengan pemuda di balik meja.

Yangyang mulai mengamati kawasan itu. Galeri Xiao Zhan berada di tepi jalan yang ramai dan tidak jauh dari pusat kreativitas dan pasar seni. Lokasi yang strategis untuk membuka bisnis.

Siang itu ramai orang berjalan-jalan dan keluar masuk dari satu toko ke toko lain, dan ia tidak bisa menemukan tempat sepi untuk menyendiri.

Yangyang menoleh ke arah Xiao Zhan yang masih sibuk membicarakan sesuatu dengan staffnya.

"Zhan, mungkin kita harus mencari tempat yang ikonik di kota ini untuk makan siang sebelum pulang ke Shanghai," dia berkata penuh semangat.

"Aku ingin kunjungan pertamaku ini cukup berkesan."

Xiao Zhan menatapnya sambil berpikir sejenak.

"Ada beberapa kafe dan restoran di sekitar Danau Barat yang indah," dia menjawab, matanya sesaat menerawang seolah sedang bernostlagia.

"Pilihan yang bagus." Yangyang tersenyum.

Xiao Zhan menatapnya sekali lagi dan mengangguk.

Staff-nya tidak bisa menahan rasa ingin tahu dan berbisik dengan hati-hati,

"Tuan, siapa dia?"

Xiao Zhan melirik dari balik bulu matanya yang lentik dan panjang.

"Seorang teman."

"Tuan Muda Yibo tidak datang bersamamu?" usik staff itu lagi.

"Tidak. Kunjungan ini tidak direncanakan. Sudah kubilang, kami hanya lewat."

"Oh."

Xiao Zhan mengibaskan tangan, raut wajahnya tampak tidak nyaman.

"Sudahlah!"

Mereka melewatkan dua jam di galeri itu dan keluar saat lewat tengah hari.

* * *

Xiao Zhan berdiri di tepian Danau Barat. Langit siang biru pucat dan suasana setenang hembusan angin. Sudah lama sekali rasanya dia tak menikmati keindahan Danau Barat. Saat masa kecil dulu, di saat jumlah tempat wisata tidak sebanyak sekarang. Xiao Zhan biasa melihat ratusan bangau yang berenang di Danau Barat yang gemerlapan.

Lebih indah lagi jika ia berdiri di dataran yang lebih tinggi, di kota kelahirannya di Hangzhou. Permukaan danau bagaikan batu safir yang berkilauan.

Pasti waktu itu sepasang matanya yang masih tanpa dosa berbinar-binar menyaksikan alam yang menakjubkan.

𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang