Mata Xiao Zhan terbuka lebar, tapi yang bisa dilihat hanyalah kegelapan. Hitam. Kabur. Tangannya diikat di belakang punggung, tak sadarkan diri di atas kursi yang terasa seperti kayu keras. Kepalanya terasa berputar dan perutnya mual.
Di mana ini?
Dia teringat bahwa ia berada di rumah teh seratus meter dari hotel. Malam yang damai ia berusaha mencari ketenangan dengan berjalan kaki di bawah cahaya lampu jalan dan berbelok ke Merien Tea House. Dia bersantai selama satu jam lebih, kembali ke jalanan, kemudian ingatannya berhenti sampai di situ.
Kepanikan dengan cepat mulai menguasai, dan rasa pahit serta asam memenuhi mulutnya. Terperangkap lengah, dia menegakkan duduknya, hanya untuk mendengar suara derit pintu terbuka. Xiao Zhan ingin berteriak. Lidahnya kelu dan tenggorokannya kering dan ia hampir tidak bisa bergerak.
Dia terus bertanya-tanya saat rasa cemas dan takut menghantam dada. Apakah begini ia akan mati? Duduk dalam gelap di sebuah ruangan asing?
Seseorang menangkap dan mengurungnya di sini. Ada semacam rasa khawatir bahwa seorang psikopat membawanya kemari dan akan mengukir namanya di pipinya, meninggalkan wajahnya ditandai selamanya. Tercemar. Rusak. Tidak manis dan tampan lagi.
Xiao Zhan memejamkan mata. Dia sedih dan cemas tapi bertekad tidak akan menangis.
Yang menimbulkan pertanyaan mengganggu berikutnya, siapa yang membawa dirinya?
Dia merapatkan bibirnya. Lebih banyak keheningan. Ini membuatnya gila, sangat sunyi. Mungkin ini maksud si penculik. Membuatnya depresi.
Dirinya telah diculik oleh seseorang yang melihat peluang untuk melakukannya atau oleh seseorang yang licik. Pikiran itu saja sudah mengirimkan getaran ke tulang belakang dan ke perutnya.
Sampai akhirnya Xiao Zhan mendengar gema suara yang dalam, "Apa kabar, Sean?"
Mendengar suaranya, Xiao Zhan merasa lantai di bawah kakinya amblas dan ia terkubur hidup-hidup. Suara ini seperti bunyi-bunyian halusinasi dari kenangan yang masih baru.
Tidak! Tidak mungkin!
Rasa terkejut yang luar biasa pasti telah menempatkan ketukan yang salah dalam kepalanya. Tidak mungkin penculiknya adalah dia.
Pasti orang asing yang jahat melakukan sesuatu padanya, dan ia mulai melawan segalanya, terutama suara yang berjarak cukup dekat dengannya. Dirinya saat ini pasti serupa pemandangan yang sangat menyedihkan, dan Xiao Zhan yakin tidak akan lepas kecuali si penculik melepaskannya. Namun, itu tidak akan menghentikan upayanya untuk mencoba.
"Jika kau terus melawan seperti itu, kau hanya akan membuat dirimu semakin terluka dan berdarah, dan ini tidak menyenangkan bagiku. Akan lebih baik bagimu untuk tidak menyakiti diri sendiri."
Xiao Zhan melawan keinginan untuk memukul dan menendang. Ototnya semakin mengendur dan semangatnya semakin tenggelam ketika menyadari betapa putus asa dia sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...