Chapter 14

124 17 2
                                    

Sedan Ford hitam keluaran tahun yang sudah lewat itu terparkir di pelataran apartemen.

Wang Yibo keluar dari dalamnya dengan air muka keruh. Kemejanya sedikit berantakan. Dia melonggarkan dasi, berjalan gontai melintasi lobi dan menuju lift.

Hari yang buruk, batinnya.

Pintu lift terbuka, dia melangkah masuk. Seorang gadis kuliahan berdiri di dalam, menatapnya penuh minat.

Wang Yibo merasakan tatapan itu, membuat susana hatinya semakin memburuk. Dia menekan tombol angka dua puluh tiga dengan keras.

Aku benar-benar tidak paham dengan tindakan ayah

Pelipisnya berdenyut selagi lift melaju naik dengan kecepatan yang terasa lebih lambat dari biasanya.

Dia bahkan tidak menjelaskan apa pun

Lift berhenti, terbuka, gadis di sebelahnya melangkah keluar. Melirik sekilas pada Wang Yibo yang balas melemparkan lirikan sinis.

Pintu lift tertutup kembali.

Hari ini mobilku

Tombol dua tiga padam. Ia sudah sampai. Pintu kembali terbuka dan giliran dirinya melangkah keluar.

Besok lusa mungkin penthouse ini

Gesekan alas sepatunya menggema di sepanjang koridor. Dia tiba di depan unitnya. Menekan tombol kombinasi dan menyeret langkah menuju keremangan di dalam.

"Zhan ge," panggilnya.

Xiao Zhan muncul dari dalam studionya.

"Kau pulang lebih malam dari biasanya," komentar Xiao Zhan.

Wang Yibo menggelosor di sofa. Membenamkan punggung di sandaran empuk yang nyaman. Matanya terpejam.

"Apa kita punya sampanye?" lirihnya.

Xiao Zhan mengernyit, merasakan sesuatu yang tidak beres.

"Yah. Kurasa." Dia melangkah menuju bar area, mengambil sebotol sampanye dan segelas besar es batu dari kulkas.

"Ada apa?" dia bertanya, menuangkan sampanye ke dalam goblet berisi es batu, menyodorkan ke arah Wang Yibo.

"Tidak ada apa-apa. Hanya perdebatan kecil." Wang Yibo menyambut goblet yang terulur.

"Perdebatan?" Xiao Zhan menautkan alis, ia duduk di samping Wang Yibo. Mengelus pahanya dengan lembut.

"Ayah .... " Wang Yibo meneguk minumannya.

"Ayahmu kenapa?" Darah Xiao Zhan berdesir panas.

"Mengambil mobilku," desis Wang Yibo.

"Aku terpaksa menggantinya dengan satu unit sedan yang harganya lebih rendah yang kudapatkan dengan tergesa-gesa."

"Oh."

Xiao Zhan termangu.

"Tidak masalah bukan. Hanya sedikit perbedaan. Tidak mengurangi fungsinya sama sekali."

Xiao Zhan tahu ucapannya sia-sia. Bagi sebagian kalangan, kendaraan bukan hanya kendaraan, benda yang melindungi dari panas dan hujan, bagi mereka, kendaraan adalah prestise dan identitas.

Wang Yibo tersenyum samar.

"Kau benar," desahnya berat. Matanya melekat pada wajah Xiao Zhan yang meneduhkan.

"Lagipula, mobil itu cukup bagus." Senyuman hambar terlukis di wajahnya.

"Aku menyukainya."

Dengan lembut ia menepuk-nepuk punggung tangan Xiao Zhan yang masih mengelus pahanya.

𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang