Chapter 38

183 29 3
                                    

Berapa lama sudah berlalu?

Hampir satu pekan.

Xiao Zhan sudah merasa jauh lebih baik dan mantap. Tak ada yang berubah dalam hal perasaan romansanya dengan Wang Yibo. Akan tetapi hal-hal sudah bergulir sejauh ini dan ia tidak yakin bisa melewatkan satu musim semi lagi di Shanghai.

Ya. Musim sudah mulai berganti sekarang. Dia mengawasi dari jendela apartemen Dylan yang selama ini berbaik hati menerima dirinya sebagai tamu. Dari jendela kamar itu, dia menyaksikan ke kejauhan, pucuk-pucuk sakura dan mawar mulai bermekaran. Merpati-merpati putih terbang di sekitarnya mengepakkan sayap-sayap mereka yang cemerlang.

Bagi dirinya yang telah melalui banyak peristiwa menyedihkan, musim semi nampak semuram musim dingin. Matahari hilang dan muncul sepanjang hari yang berawan.

Xiao Zhan mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Beberapa jam lagi dia berencana akan meninggalkan Shanghai. Pikirannya begitu tenggelam dalam kegelapan rencana hidup ke depan. Antara sadar dan tidak, ia mendengar langkah kaki memasuki kamar.

Dylan muncul membawa satu cangkir teh lemon panas di tangan kanan dan sebuah surat kabar di tangan kirinya.

"Kau sudah membaca surat kabar?"

Setelah menaruh cangkir teh di atas meja nakas. Dia melemparkan koran ke tempat tidur Xiao Zhan yang menatapnya tanpa minat.

"Ada berita apa?" tanyanya datar.

"Pimpinan Han, dia kecelakaan. Banyak spekulasi panas bergulir tentang siapa yang melanjutkan kepemimpinannya."

"Kecelakaan?" Xiao Zhan mengernyit.

"Menurut berita, dia dan supirnya sangat mabuk dan mobilnya yang melaju kencang membentur trotoar."

Xiao Zhan mengambil surat kabar itu, membaca sekilas berita yang dimaksud dengan alis bertaut.

Kenangan buruk itu kembali muncul. Malam yang mengenaskan di Shangri-la. Saat di mana ia tidak yakin akan bisa melihat kembali matahari terbit karena keputusan gegabah yang diambilnya.

Wajahnya murung seketika dan dengan mengeluarkan dengusan, ia melempar surat kabar itu.

Apakah akhirnya bandit tua itu mendapatkan karmanya?

Dia tak tahu, tak mau tahu dan tak peduli.

"Kupikir berita ini tak ada hubungannya denganku," ujar Xiao Zhan dingin.

"Yah, tapi berpengaruh pada perusahaan tempatku bekerja. Kudengar pimpinan Wang dan Han Corp akan berdamai."

"Aku senang mendengarnya." Mendengar bagian ini, diam-diam Xiao Zhan tersenyum samar.

Yibo-nya telah berhasil. Dia tahu pemuda itu akan berhasil. Dia terlalu keras kepala untuk menyerah. Dia akan terus memperjuangkan apa yang menjadi miliknya sampai langkah terakhir.

Jangankan harta atau cinta.

Bahkan mungkin jika nyawa melayang sebelum waktunya, dia akan mengejar malaikat maut untuk mengambilnya kembali.

Menggelengkan kepala perlahan, dia memasukkan helai baju terakhir dan menutup koper.

"Jadi ke mana kau akan pergi?" pemuda itu bertanya sambil duduk di tepi tempat tidur.

"Hangzhou," Xiao Zhan menjawab singkat.

"Menetap di sana?"

Xiao Zhan mengangkat bahu.

"Mungkin," dia bergumam. Lantas menoleh pada Dylan.

"Aku ingin mengucapkan terima kasih." Dia berusaha mencari kata-kata yang tepat.

𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang