Chapter 17

109 15 2
                                    

Dering ponsel terdengar melengking menyayat keheningan.

Itu suara ponsel Wang Yibo.

Xiao Zhan yang baru setengah terlelap seketika terjaga, mengerjapkan mata beberapa kali, beradaptasi kembali dengan cahaya suram dari lampu tidur.

Wang Yibo muncul dari kamar mandi dan segera menyambar ponsel yang tergeletak di atas meja nakas.

Xiao Zhan termenung sejenak dengan benak bertanya-tanya. Mengapa Yibo belum tidur? Apakah dia terserang insomnia?

Wang Yibo bicara beberapa patah kata dengan suara tegang. Wajah tampan yang sedikit pucat dengan lingkar keabuan di sekitar mata semakin dikoyak kecemasan yang membayang dalam tatapannya.

"Aku akan berada di sana dalam setengah jam," dia menegaskan sebelum akhirnya mengakhiri panggilan telepon.

"Ada apa?" tanya Xiao Zhan dengan hati kacau. Pandangannya mengikuti setiap pergerakan Wang Yibo yang tergesa-gesa membuka lemari, menyambar pakaian dan baju hangat serta syal.

"Ayah masuk rumah sakit," jawabnya.

"Serangan jantung, " ia menjelaskan tanpa ditanya.

"Paman Lu Jianmin menemukan ayah terbaring di lantai kamarnya, untungnya paman menemukan ayah tepat waktu."

Xiao Zhan terduduk di tepi tempat tidur, memusatkan semua inderanya.

"Kau akan pergi ke rumah sakit sekarang?" tanya Xiao Zhan, ia melirik jam dinding. Satu jam lewat tengah malam.

Wang Yibo mengangguk. Dia sudah selesai berganti pakaian.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali ayah mengalami serangan jantung," gurat kekhawatiran menghinggapi wajahnya.

"Ayah pasti menghadapi sesuatu yang mengejutkan, setahuku ayah sangat menjaga pola hidup sehat dan rajin berolahraga. Serangan jantung ini sungguh di luar dugaan."

Xiao Zhan membeku dalam duduknya, ada sensasi dingin yang menyebar di setiap inchi tubuh, membuatnya merinding.

"Kau ikut denganku?" tanya Wang Yibo, mengambil kunci mobil.

Xiao Zhan mengangguk.

"Tentu. Aku akan siap dalam lima belas menit."

"Bergegaslah."

Wang Yibo mengemudi dengan tidak fokus tetapi menolak saat Xiao Zhan menawarkan diri untuk gantian mengemudi.

"Baru dua hari yang lalu aku menemui ayah dan berkonfrontasi seperti dengan musuh," desis Wang Yibo gelisah, diam-diam merasa bersalah.

Xiao Zhan mengeluarkan gumaman tidak jelas sebagai tanggapan. Sejujurnya, dia pun merasa kacau.

"Kau yakin ini sungguhan bukan?" Yibo menoleh pada Xiao Zhan. "Kuharap ayah tidak berpura-pura sakit hanya untuk menekanku."

"Jangan membuat lelucon tentang kondisi kritis ayahmu," tukas Xiao Zhan tidak setuju. Dalam hati dia sangat yakin apa sesungguhnya pemicu serangan jantung itu.

Wang Yibo menggigit-gigit bibirnya. "Kuharap ini bukan apa-apa. Mudah-mudahan ayah baik-baik saja."

Xiao Zhan menatap murung jalanan buram di depannya.

Seandainya saja bukan apa-apa. Aku juga berharap ayahmu baik-baik saja.

* * *

Saat ia berjalan tergesa-gesa dengan Wang Yibo yang juga setengah berlari di koridor rumah sakit, Xiao Zhan tidak pernah menyadari bahwa hidupnya tak akan pernah sama lagi sejak malam ini terlewati.

𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang