Chapter 27

102 17 5
                                    

Wang Yibo berdiri dalam keremangan selama setengah jam ketika cahaya lampu mobil Yangyang menembus kabut di sudut taman Yan'an sekitar seratus meter dari mansion Han.

Mobil itu melambat karena Wang Yibo berdiri menghadang tanpa kenal takut.

Akhirnya tuan muda manja dan pemarah ini datang, Yangyang membatin dan menyeringai sinis.

Sebagai seorang kekasih, Wang Yibo memiliki apa yang bisa disebut sebagai kesempurnaan. Postur tinggi tegap, tatapan tajam, suara yang dalam, tegas dan mengintimidasi, dan gerak gerik yang anggun berkelas. Jauh melebihi semua itu, adalah wajahnya yang setampan malaikat. Saat semua digabungkan, maka menciptakan kesan kesempurnaan yang mutlak.

Sedetik Yangyang merasa kedengkian merayapi hatinya. Bagaimana dia bisa bersaing dengan tuan muda yang satu ini. Dia mendecih.

Memangnya kenapa kalau sempurna, dia sudah tahu perpisahan sang tuan muda dengan Xiao Zhan, bahwa mereka terlibat pertengkaran dan berakhir dengan kepergian Xiao Zhan dari apartemennya.

Pemuda sempurna itu memiliki kelemahannya sendiri, Yangyang tertawa dalam hati.

Dalam keputusasaannya mencintai Xiao Zhan, ia membiarkan kemarahan dan kecemburuan mengalahkan logikanya.

Dengan mata setajam elang dan memancarkan aura kebencian, Wang Yibo mengawasi Yangyang mematikan mesin, membuka pintu dan melangkah keluar ke udara malam yang dingin.

Yangyang menghirup udara dalam-dalam, tidak langsung menatap tokoh antagonis di depannya, melainkan memandang langit yang berwarna indigo kehitaman.

Keparat ini menikmati kemenangannya, batin Wang Yibo benci.

Otot-ototnya menegang, dia telah menantikan pertemuan ini selama berminggu-minggu.

"Sungguh menyenangkan melihat tuan muda Wang nampak sangat sehat." Yangyang menyeringai.

Astaga, bagaimana mungkin pecundang ini bisa begitu menyebalkan, Wang Yibo membatin gemas.

Seperti halnya para rival, Yangyang pasti tidak akan terkesan dengan apa yang telah terjadi pada hidupnya. Tidak juga terkejut menyaksikan kemurkaannya yang tak berdaya. Bahkan mungkin, dia menyaksikan penurunan kemakmuran dalam hidupnya dengan penuh rasa puas.

Wang Yibo megap-megap menahan amarah. Dia tidak menanggapi basa basi yang mengejek itu. Dan ketika Yangyang melangkah mendekat, dengan telak ia disambut kepalan tinju Wang Yibo yang mendarat di tulang pipi.

"Meringislah!" Wang Yibo mencengkeram kerah kemeja Yangyang.

"Tunjukkan wajah kesakitanmu! Ayo menangislah seperti pecundang!"

Yangyang menyeringai.

"Siapa di antara kita yang lebih sakit? Kau paling tahu tentang itu," sahutnya ringan.

Wang Yibo terbelalak. Tamparan kerasnya melayang lagi. Akibatnya, Yangyang terpelanting ke samping. Shock dan merasa sakit pada saat bersamaan. Belum sempat ia memulihkan konsentrasi, tangan Wang Yibo yang besar dan kuat menjambak rambutnya dari belakang.

"Aargghh ..." Yangyang meringis.

Dia membiarkan dirinya diseret dan ditekan ke kap mobil sementara kedua tangan dipiting dari belakang.

"Bagaimana rasanya? Sakit?" ejek Wang Yibo.

"Tentu saja sakit, sialan!" umpat Yangyang.

Wang Yibo menghujamkan tatapan yang paling dingin dan sinis. Lalu berkata dengan desisan mengerikan.

"Aku tak percaya kau masih hidup. Setelah mengacaukan hidupku, kau masih hidup?! Bisa menyaksikan matahari terbit di Spring City!"

Wang Yibo melayangkan satu tamparan lagi.

𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang