Chapter 04

1K 162 19
                                    

Xiao Zhan berlari meninggalkan jembatan menyelinap di antara orang-orang dan terus berlari menuju ke tengah kota yang lebih ramai dan menjauh dari tepian kanal. Dia berhenti di jalan raya, membungkuk dan mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

Bandit tua itu sungguh menjengkelkan. Perasaan marah dan jijik itu masih belum sirna, menggeranyangi seluruh tubuhnya. Dia bersandar lesu pada sebuah tiang lampu jalan, memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Sepertinya agak terlalu jauh dari tempatnya menginap. Bagaimanapun daerah ini tidak terlalu besar, ia tidak akan mudah tersesat.

Xiao Zhan mulai menyeret langkahnya tanpa tujuan sambil merenung sepanjang jalan.

Bayang-bayang itu begitu hitam dan suram seperti kabut yang menelannya dalam kegelapan. Masa-masa kelam di mana ia terusir dari rumah selalu menghantuinya dan membuatnya bermimpi buruk.

Xiao Zhan memutar pandang. Di kawasan ini bangunan hotel, kafe dan restoran terlihat lebih mewah dan mahal. Dia memilih masuk ke sebuah kafe, secangkir kopi mungkin akan membuat suasana hatinya membaik.

Tetapi tiba-tiba langkahnya tertahan. Kejutan malam ini masih belum selesai.

Dia melihat Wang Yibo duduk sendiri di sudut lain di kafe itu, terlihat gelisah dan tidak sabar seraya memutar-mutar cangkir kopi di tangannya. Seorang gadis berambut ikal panjang dengan tampilan mahal terlihat menghampiri dan duduk di hadapannya. Dari kejauhan Xiao Zhan tidak bisa melihat dengan jelas, seorang pelayan menghalangi pandangannya. Namun ia sangat yakin bahwa pemuda itu adalah Wang Yibo.

Sedang apa dia di sini? Bersama seorang gadis. Tadi siang dia makan bersamaku, sekarang berbagi meja dengan gadis cantik. Sungguh pemuda yang brilian.

Dia melihat dua orang itu kini mulai berdiri, bicara beberapa patah kata lagi sebelum mereka berpelukan. Senyuman Yibo terlihat ceria dan penuh rasa lega seolah-olah memang dia bahagia bisa bersama gadis itu. Entah apa yang lebih menusuk hati Xiao Zhan. Adegan pelukan itu, atau cahaya di mata Wang Yibo yang awalnya dia pikir hanya untuknya.

Tanpa sadar Xiao Zhan mundur. Dia menoleh sekali lagi sebelum berjalan kembali tanpa tujuan, tangannya terangkat mencengkeram rambutnya.

Aahh ada apa ini? Mengapa dirinya merasa sangat marah. Bahkan kemarahan yang ia rasakan pada bandit tua yang kecebur sungai itu tidak ada apa-apanya dengan kemarahan yang ia rasakan sekarang.

Dia terus berjalan cepat dan menahan emosinya, kemudian masuk ke sebuah bar yang dia pilih secara acak.

Cahaya suram menyambutnya kala ia melangkah dan berbaur dengan suasana gemerlap berselisih aroma minuman keras. Xiao Zhan memilih meja di sudut, menatap hampa pada seorang penyanyi wanita sedang membawakan sebuah lagu asing dengan irama yang terdengar kacau balau di telinga.

Dia selalu seperti ini sejak dulu. Setiap kali ia marah, sedih dan frustasi, anggur akan selalu menjadi pilihannya. Toleransinya terhadap alkohol sangat buruk, walaupun begitu dia akan terus minum. Lagi dan lagi.

Benar saja. Baru tiga gelas dan kepalanya sudah mulai berputar.

Kepalanya memikirkan banyak hal sekaligus. Momen demi momen silih berganti hadir dalam ingatannya bagaikan potongan film dokumenter. Kilasan peristiwa yang bertebaran bagaikan kepingan mozaik.

Lalu senyuman Wang Yibo melintas di matanya.

Zhan ge, aku juga mencintaimu..

𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang