Enam bulan kemudian
Xiao Zhan tiba di Shanghai suatu siang yang cerah pada pertengahan musim panas. Dia telah mengontak Dylan sebelumnya dan butuh waktu setengah hari sampai akhirnya mereka bisa berjumpa di sebuah restoran tua yang klasik, artistik, dengan suasana nyaman.
Dylan masih energik dan banyak bicara seperti terakhir kali Xiao Zhan melihatnya. Pemuda itu menepuk punggungnya dan menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.
"Aku tak percaya kau bisa sampai kemari!" seru Dylan antusias. Kemudian ia sibuk memanggil pelayan dan memilih menu.
"Kau mau makan apa? Ah, kau agak kurusan, dan terlihat sangat lelah, kau baik-baik saja, kan?"
Xiao Zhan mengangguk sambil tersenyum.
"Di mana kau menginap? Datanglah ke tempatku, tidak setiap hari kau berkunjung kemari." Dylan berbicara lagi setelah mereka selesai memilih menu dan si pelayan berlalu untuk menyiapkan pesanan.
Xiao Zhan mengetuk-ngetuk meja dengan kukunya. Nampak memikirkan sesuatu.
"Aku tidak akan tinggal lama di sini. Kebetulan aku sudah check in di sebuah hotel."
"Sayang sekali jika hanya berkunjung sebentar. Mari kita jalan-jalan menikmati keindahan kota ini."
"Hmmm, aku harus menuntaskan tujuan awalku terlebih dulu."
Tak lama seorang pelayan datang menghidangkan rainbow punch dan beberapa macam makanan. Xiao Zhan menghirup minumannya perlahan, masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Bagaimana Hangzhou? Sibuk apa kau sekarang?" tanya Dylan.
"Aku memulai lagi dari awal." Xiao Zhan tersenyum, berdehem.
"Maksudku karierku sebagai pelukis. Sekarang aku membuka dan mengelola galeriku sendiri."
"Kau akan mengadakan ekhsibisi di Shanghai??" Dylan semakin antusias.
"Ah, bukan itu niatku. Belum sampai tahap itu. Aku hanya seniman jalanan."
"Jangan terlalu merendah."
Xiao Zhan mendekatkan wajahnya ke arah Dylan.
"Aku butuh bantuanmu saat ini."
"Serius sekali, apa itu?"
"Aku kesulitan menghubungi seseorang. Sepertinya dia telah mengganti nomor kontaknya."
Dylan mengerutkan kening.
"Kupikir kau bisa membantuku."
"Apa yang bisa kubantu? Siapa yang ingin kau temui?"
Xiao Zhan nampak salah tingkah.
"Wang Yibo!"
Dylan tersedak. Sejurus kemudian dia menunjuk wajah Xiao Zhan sambil tertawa.
"Apa yang kau sembunyikan dariku, ahh kawan, wajah manismu benar-benar menipu," candanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐧𝐠𝐡𝐚𝐢
FanfictionPertemuan romantis saat berlibur di kota air yang indah membawa kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan bergulir sampai ke tahap percintaan. Namun, satu peristiwa buruk menimpa hidup Xiao Zhan, memberinya jejak kenangan kelam. Di kala keduanya memulai kehidup...