part 26

526 58 18
                                    

metawin berlari menaiki anak tangga, ia bahkan tidak memperdulikan kondisi tubuhnya yang tengah mengandung besar. Metawin terus berlari karena saat ini tujuannya adalah kamarnya, ia ingin menangis dan mengeluarkan seluruh keresahan nya di dalam kamar miliknya.

Kaki nya melangkah cepat memasuki kamar pribadi nya dulu, lalu menguncinya rapat rapat agar bright tidak bisa masuk. Akhirnya metawin mulai bernafas lega, tapi tidak berlangsung lama. Dadanya mulai merasakan sesak kembali ketika pikirannya tertuju pada masalah yang tengah ia hadapi sekarang, ia tak mengerti harus melakukan apa untuk kedepannya.

"hikss.. sakit. Dada meta sakit" kedua tangan cantik metawin bergerak mengusap dadanya yang sangat teramat sesak.

Hingga tak berselang lama gedoran pintu terdengar oleh indera pendengaran nya, metawin yakin itu pasti bright.

DOGG..DOGG..DOGG

"Sayang! buka pintunya, sayang"

metawin seketika menulikan pendengaran nya, untuk saat ini ia tak ingin melihat bright. Namun semakin di diamkan, kekasihnya itu semakin kesetanan menggedor pintu kamarnya. Membuat metawin akhirnya perlahan bangkit dan mendekat kearah pintu

"pergi phi, pergi hikss" metawin dekatkan wajahnya yang sembab ke arah pintu.

"sayang? yuk buka dulu pintunya ya? kamu kenapa hm?" Bright yang tadi seperti kesetanan langsung berubah menjadi bright yang sangat lembut.

"pergi phi, biarin meta sendiri"

"ngga, aku gak mau ninggalin kamu sendirian. Bahaya! kamu inget kan kalo kamu lagi ngandung anak kita?"

lagi dan lagi, ego metawin runtuh ketika mendengar kalimat itu. Kalimat yang seolah olah sudah menjadi alarm untuk dirinya tidak melakukan hal hal yang dapat membahayakan janin yang ada diperutnya

jika seperti ini dirinya bisa apa? apa yang harus ia lakukan?

metawin tersadar dari lamunannya ketika kembali mendengar suara sang kekasih.

”sayang please buka pintunya ya? cerita sama aku, kamu kenapa”

”semua bisa kita obrolin baik baik oke? tanpa mengambil resiko membahayakan buat kamu ataupun baby, anak kita” ucap bright lembut.

tangan metawin akhirnya bergerak perlahan memutar kunci pintu tersebut dan ia buka pintu kamarnya secara perlahan. Metawin bisa melihat wajah panik kekasihnya itu, ditambah dengan keringat yang mengalir di area wajah tampannya.

bright masuk ke kamar kekasihnya, perlahan ia bawa sang pujaan hati kedalam dekapannya. Bright yakin suasana hati kekasihnya itu sedang campur aduk karena kehamilan nya.

metawin kembali menangis di dalam dekapan bright, ia menumpahkan seluruhnya di dalam hangatnya pelukan bright. Sungguh, ia ingin sekali bercerita tentang apa yang selama ini menjadi bebannya. Namun ia tak sampai hati, ia tak mau bright melawan kehendak kedua orang tuanya. Apakah lebih baik metawin berhenti disini dan eum.. mengalah? Apa ia harus melepaskan bright dan membiarkan anak yang ia kandung bertumbuh besar tanpa ada sosok sang ayah? apakah metawin siap?

sekali lagi, metawin benar benar frustasi, banyak nya hal yang harus ia pertimbangkan membuatnya lagi lagi ragu untuk bertindak. Hingga tak lama kemudian kepalanya di tarik menjauh oleh tangan sang kekasih, kedua mata sembab nya bertubrukan dengan pandangan sang kekasih.

”sayang, cup. Udah jangan nangis, nanti kepala nya pusing” ucap bright sambil mengusap lelehan air bening yang terus keluar tak berhenti.

”hiks..”

”sstttssttt cup, berhenti ya nangisnya. Nanti kamu pusing, aku ngga mau cintanya aku ini sakit”

sekali lagi metawin ragu, ini lah yang membuat metawin ragu untuk melepaskan kekasihnya itu. Kehangatan, tindakan, sikap dewasa, semua yang ada di diri bright tak bisa metawin lupakan. Dirinya selalu kembali jatuh pada lubang yang sama karena semua tindakan bright padanya, tak bisa ia pungkiri jika dirinya benar benar sudah kalah dan jatuh pada bright. Tetapi banyak hal yang mengganjal di dalam dirinya, dan memilih untuk keluar dari lubang itu.

BabySister 🔞 Where stories live. Discover now