21

2.4K 206 24
                                    

...

Raka menatap sendu tubuh adiknya yang terbaring lemah diatas brangkar itu , bisa dilihat banyaknya selang dyang melilit di beberapa bagian tubuh mungilnya, juga ventilator di mulutnya. Raka meringis, pasti sakit sekali. Bagaimana sebuah selang dimasukkan ke dalam mulut sampai tenggorokan?

Dia genggam tangan mungil Arga, dipandanginya tangan gembul itu. Terkekeh kecil , bagaimana bisa adiknya memiliki tubuh se gembul ini.

Tangannya terangkat menyentuh pelipis Arga yang terlilit perban. Ntah kenapa darahnya seakan naik mengingat kondisi adiknya yang buruk.

Sebenarnya penyiksaan seperti apa yang dilakukan si brengsek itu pada adiknya.

Ia bahkan bisa membayangkan sebagaimana takutnya adiknya saat itu.

Lama terdiam, kemudia dia bersuara lirih sekali.

"Jangan pergi ya" hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.

Getar nada suaranya tak bisa di kontrol. Air matanya kembali keluar. Takut, Raka sangat takut sekali.

Tuhan tolong jangan ambil Arga dulu darinya.

.......

Sementara Taka, dia belum berani sama sekali untuk melihat langsung Arga setelah masuk kedalam ICU. Dia pernah dengar kata orang, jika seseorang Samapi masuk dalam ICU kemungkinan selamat sangatlah kecil. Taka takut Arga pergi karena marah padanya atas sikap terakhirnya. Jadi dia tidak muncul dihadapan Arga dulu .

Dia hanya bisa memandang dari kaca luar ruang . Sesekali dia menyeka air matanya yang keluar. Dia tidak mau terlihat lemah saat ini, dia harus bisa kuat jika dia lemah maka siapa nantinya yang akan menguatkan keluarganya.

Tiba tiba saja dia merasa seseorang merangkul pundaknya, dia menoleh ternyata ayah.

Ayah memandang rumit. Lalu tiba tiba memeluknya erat.

" Keluarin kak jangan ditahan... Nangis sekencangnya ga papa..jangan Bebani dirimu sendiri kak.... Kita berdoa ya semoga adik kamu cepat sadar "

Mendengar itu Taka menangis keras dipelukan sang ayah bahkan tangannya tergerak memukuli pungguk ayah menyalurkan emosi.

Ruangan yang tadinya hanya terdengar tangisan dari Taka berubah bising kala mendengar bunyi tidak stabil monitor Arga disusul dengan Raka yang berteriak panik memanggil dokter.

Mereka hanya bisa diam saat dokter masuk keruangan Arga lalu Raka keluar dengan tangisan kuatnya .

Sungguh semua terasa hanya mimpi.

......

"Gaa mau sampai kapan kamu merem gini hm? Kamu gatakut apa matanya nanti jadi lengket kaya ada lemnya "

Ujarnya sembari terkekeh garing

"Ga jangan pernah berpikir untuk ninggalin aku ya...

Raka tersentak kala merasa tangan yang ia genggam bergerak pelan dia memusatkan perhatian pada kelopak mata Arga yang nampaknya bergerak dengan rasa penuh haru Raka sampai menangis

"Hikss hikss ayo gaa... Kamu bisaa... Buka matanya pelan ya... Aku tau hiks kamu ga akan pernah ninggalin aku kan"

Sampai mata itu terbuka walau jika tidak diperhatikan dengan benar akan hanya nampak seperti hanya segaris saja.

Raka mencium kening Arga lembut.

Arga menatap Raka sayu lalu bibinya mencoba mengulas senyum ntah apa yang ada dipikirannya.

Perasaan bahagianya ternyata hanya sejenak. Raka mulai panik ketika melihat tubuh adiknya sedikit bergetar ditambah dengan suara nafas yang menyakitkan. Raka makin panik ketika Arga mulai terbatuk-batuk sampai darah keluar dari mulutnya mengenai selang ventilator, tak lama tubuhnya mengejang kuat diiringi layang monitor yang berisik juga garis yang hampir menunjukkan lurus.

"Ga.. heyy Arga kenapa? Ga.. jangan gini ga!! GAGAA NGKKK NGGAKKK JANGAN PERGI"

tak lama kemudian para dokter datang , Raka yang tampaknya masih shock dibawa keluar ruangan oleh salah satu perawat.

Setelah keluar Raka terduduk lemas di lantai, mengabaikan pertanyaan dari kedua orangtuanya juga Taka.

....

Lama menunggu akhirnya dokter itupun keluar dengan raut muka yang sangat sayu.

Dokter menatap keluarga Arga dengan dengan tatapan bersalah.

"Maaf" ucapnya dengan menunduk

Deggg

"A-apaa maksud dokter? A-arga g-gimana? dia baik baik ajakan ? Iya kan? DOKTER JAWAB DONG! ARGAA PASTI BAIK BAIK AJA KAN"

"Pasien kembali mengalami Aritmia dan keadaannya diperparah karena adanya racun yang mengalir dalam darahnya pak buk... Maaf kami tidak bisa berbuat banyak lagi.. pasien atas nama Defrasya Argara Tamana meninggal tepat pada pukul 14.35 "

Degg

Bunda pingsan mendengarnya.

Raka dan Taka hanya diam otak mereka rasanya sudah tak dapat memproses ucapan dokter.

Apa katanya?

Arga meninggal?

Arga?

Pasti bohong bukann

.....

Tungkainya melangkah mendekati makam yang masih tampak basah. Matanya tampak sembab juga menghitam. Penampilannya tampak buruk ,

Sudah 2 hari sejak kepergian adiknya dirinya menjadi seperti ini. Rasanya seperti semua perasaan yang ia miliki hilang. Dia tak bisa lagi membedakan mana perasaan sedih, bahagia ataupun lainnya.

Raka, dia mengelus nisan yang disana tertulis nama adiknya.

Defrasya Argara Tamana
Bin
Geraldino Tamana

Lahir: 19 September 2005

Wafat: 17 September 2016

Raka selalu bertanya, mengapa tuhan mengambil bahagianya untuk selamanya. Apakah tuhan rindu pada ciptaannya yang satu ini sampai mengambilnya kembali. Meninggalkannya sendiri.

Mereka kembar bukan?
Tapi kenapa Arga pergi sendiri tanpa mengajak?
Dia mulai berpikir kalau Arga itu memang dasarnya egois, egois sampai bisa pergi dengan tenangnya meninggalkan dirinya dalam lubang rindu yang mendalam.

Ntah apakah Raka akan kuat menjalani hari harinya setelah ini .

......

Tenang masih ada satu chapter lagi loh:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenang masih ada satu chapter lagi loh:)

Comeback (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang