20

2.3K 212 11
                                    

..

"AWASS PAMANN"

srettt

Dorrr

Deggg

Arga yang saat itu melihat seseorang berada di jauh dari dirinya dan farega menodongkan pistolnya ke arah Farega. Dengan seluruh tenaganya Arga mendorong tubuh farega kesamping namun tak sempat menghindar dari sasaran peluru itu hingga mengenai tepat di dada kirinya.

Nafasnya tercekat.
Darah merembes keluar banyak dari sana. Sedangkan farega terpaku.

Sampai

"ARGAAA" Suara teriakan disusul oleh langkah kaki beberapa orang mendekati keduanya.

Dengan langkah cepat Raka berlari kearah Arga yang terkulai di lantai.

Matanya memanas melihat kondisi adiknya yang sangat mengenaskan. Segera dia rengkuh tubuh Arga perlahan, darah yang keluar dari luka tusukan di perut juga tembakan di dada adiknya bahkan mengenai bajunya.

Sungguh rasanya Raka ingin mati saja daripada melihat kondisi adiknya yang sekarat saat ini .

"A-argaa heyy denger hikss j-jangan tutup mata okey hiks jangan merem dulu hiks k-kamuu k-kuat hikss Gaganya bang gra kuatkan hiks dengerin babang gra ya hiks"
Dengan suaranya yang getar dia menginterupsi Arga untuk jangan menutup matanya lebih dulu, setidaknya Arga harus terus dalam kondisi sadar sampai mendapat penanganan nanti.

Arga memandang Raka sayu. Hatinya menghangat ketika Raka memanggilnya 'gaga' nama kesayangan darinya .

"S-sakit" layaknya seorang anak kecil Arga mengadu rasa sakitnya pada Raka

Raka mendengar itu semakin terisak .

Sakit.

Raka juga merasakan sakitnya.

Sangat menyesakkan.

Raka memeluk tubuh adiknya erat,

Taka, dirinya hanya bisa menatap Arga dengan pandangan bersalah. Dia tidak menyangka kejadiannya akan menjadi seperti ini. Arga, Arga kesakitan.

Taka yang melihat netra Arga yang hampir terpejam segera mendatanginya . Dia genggam tangan Arga yang mulai mendingin. Bahkan dapat dilihat gerak dada naik turun adiknya hampir tak terlihat.
Dia meraung mengucapkan 'maaf'

"Ga! Heyy dengerin kakak oke , jangan tutup matanya dulu. Kakak minta maaf ga hiks maaf kakak salah hiks n-nanti kamu boleh pukul kakak hiks b-balas kakak nanti ya hiks kamu harus kuat " Taka tersedu sedu mengingat perlakuan terakhirnya pada adiknya.

Ayah terpaku melihat kondisi sibungsu itu. Sakit sekali rasanya.
Marah , kecewa, sedih , bercampur jadi satu. Dia bahkan tak aka pernah bisa membayangkan hal ini bisa terjadi. Putranya itu berada diambang Kematian .

Arga menatap farega yang hanya terdiam menatap kosong padanya. Dengan menahan segala kesakitannya , Arga memberikan senyum yang sangat indah untuk farega . Lalu setelahnya semua gelap.

Deggg

Raka yang melihat mata adiknya terpejam merasa kalut. Dia makin terisak ketika sama sekali tak merasakan hembusan nafas dari adiknya. Bahkan tubuh adiknya kian mendingin. Dia meraung Raung meminta Arga untuk bangun.

Semua terasa melambat ketika ayah mengambil alih Arga lalu membawanya masuk kedalam ambulans yang baru datang . Raka masih diam ditempat dengan pandangan kosong namun air matanya tak berhenti mengalir deras membasahi pipinya.

Apakah adiknya akan baik baik saja?

Apa Arga akan pergi?

Meninggalkannya?

Pergi sendiri tanpa mengajaknya?

Lalu bagaimana dia akan hidup setelahnya?

Nafasnya mulai memberat , matanya meredup hingga ia jatuh pingsan di pelukan sang kakak .

Sementara farega hanya bisa pasrah dengan nasibnya , dia dibawa oleh pihak kepolisian. Sebelum itu dia melirik kearah Arga yang tubuhnya digendong oleh sang ayah , berharap anak itu selamat.

Tapi,,,

Siapa tahu bukan.

......

Sesampainya di rumah sakit Arga segera dibawa ke ruang operasi. Ayah Taka juga bunda yang baru datang menangis meraung memanggil nama si bungsu. Raka?

Raka hanya bisa duduk terdiam di kursi tunggu. Dia baru sadar 20 menit yang lalu, menolak untuk dibawa ke ruang rawat ntuk mendapatkan pemeriksaan. Yang ada di kepalanya hanya Arga.

Lama. Lama sekali waktu berlalu, hingga 10 jam akhirnya pintu Operasi terbuka.

Mereka semua langsung mengerubungi dokter.

"Bagaimana keadaan putra saya dok?" Hanya itu yang bisa keluar dari mulut ayah.

Dokter itu tampak sekali kelelahan terbukti dari peluh yang keluar didahinya . Dokter itu mengha nafas memandang seluruh keluarga pasiennya saat ini yang menatapnya cemas.

"Buruk, pembuluh darah dikepalanya pecah hingga terjadi pendarahan hebat. Luka tusukan di bagian perut kanannya melukai usus hingga terjadi perobekan yang cukup besar, untung saja kami dapat segera menjahit bagian yang robek walau sempat terjadi pendarahan hebat" ucap dokter lalu terdiam sebentar,

"Paling buruk , luka tembakan di dadanya , kami sudah berhasil mengeluarkan peluru itu dari tubuhnya namun sayang sekali walaupun peluru itu tidak sampai mengenai jantung tetapi ternyata peluru itu mengandung racun yang nantinya bisa sangat berbahaya jika tidak segera ditangani . Jalan satu satunya adalah dengan cuci darah untuk membersihkan racun tersebut. Namun karena kondisi pasien saat ini sangat rendah bahkan jantungnya sering sekali mengalami henti jantung. Juga saturasi oksigen yang terus menurun. Untuk saat ini kita hanya bisa menunggu semoga saja kondisi pasien segera naik paling tidak detak jantungnya harus stabil lebih dulu baru bisa menjalani cuci darah"

Mereka semua hanya bisa diam. Separah itu batin mereka.

"Untuk saat ini pasien akan ditempatkan di ICU maksimal dua orang saja jika ingin masuk , kalau begitu permisi"

Dokter itu kembali masuk kedalam, tak lama kemudian brangkar keluar dengan Arga di atasnya dengan banyak sekali selang yang membantu menunjang hidupnya juga ventilator di mulutnya.

Raka menangis sekali lagi .

Pasti adiknya sangat kesakitan bukan.

....

Gimana gimana?

Udah cukup belum nyiksa Arga -ny🙂

Dua chapter lagi end yeayyy💃

Mau up sekarang atau besok aja nih

Comeback (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang