Part 9 🤍

5.8K 190 84
                                    

RIVAL [CHEOLGYU]

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

Bertepatan dengan Seungcheol yang akan keluar, bersamaan pula dengan Mingyu yang sudah berada di depan pintu.

"Kopi?" ucap Mingyu menyodorkan sebuah kopi dihadapan Seungcheol.

Seungcheol diam mengamati setiap inci dari tubuh Mingyu. Melihat lelakinya itu berdiri dihadapannya dengan membawa sebuah kopi panas, dengan mendorong tiang infus yang ujungnya masih melekat pada punggung tangan kirinya.

"Maaf aku ta-."

Greb

Seungcheol menarik sebelah tangan Mingyu agar laki-laki itu masuk dalam pelukannya. Sedangkan yang di peluk pun hanya mampu terdiam menatap cangkir kopi yang nyaris tumpah.

Ia kaget,
kenapa Seungcheol tiba-tiba memeluknya seerat ini.

Mingyu melepas genggamannya pada tiang infus untuk mengusap-usap pelan punggung kokoh laki-laki itu.

"Kenapa hem?"

Bukannya jawaban, tapi yang di dapatkan Mingyu adalah pelukan yang semakin erat. Bahkan samar-samar ia bisa terdengar suara isakan dari Seungcheol. Entah apa yang membuat laki-laki itu menangis.

Tapi satu hal yang dapat Mingyu sadari ialah, laki-laki ini sudah melepas seluruh seragam sekolahnya. Bahkan setelan jas hitam sudah begitu melekat sempurna pada tubuh tegapnya. Benar-benar sudah tidak mencerminkan seorang anak SMA pada umumnya. Jika orang lain melihatnya seperti ini, mungkin tidak sedikit orang yang akan mengira bahwa Seungcheol itu masih seorang anak remaja usia 18 tahun.

Mingyu diam, sembari tetep mengusap-usap, punggung Seungcheol. Membiarkan laki-laki, itu menangis terlebih dahulu.

Setelah isakan laki-laki itu mulai berhenti dan pelukan erat itu terasa perlahan melonggar. Seungcheol memundurkan dirinya, Ia kaitkan kedua tangannya di punggung Mingyu, Ia hanya memundurkan tubuhnya untuk menatap wajah laki-lakinya.

Dengan perlahan Mingyu menghapus jejak air mata yang masih ada di wajah sembab Seungcheol. Terlihat jelas bahwa netra laki-laki itu juga turut memerah.

"Kenapa hem? Kenapa pulang-pulang nangis? Ada yang salah sama kerjaannya?" ucap Mingyu sembari merapikan rambut Seungcheol yang menutupi muka laki-laki itu.

Entah karena Ia adalah orang dari masa lalu atau ikatan batin antara sang anak dan Daddynya atau entah karena apa. Anehnya rasa canggung di antara keduanya itu seperti tidak ada, terlebih lagi pada Mingyu. Rasa canggung itu seakan semakin memudar dengan sendirinya.

"Saya pikir kamu pergi ninggalin saya."

"Kenapa mikir gitu?"

"Saya takut kehilangan kamu. Ketika saya pulang dan lihat kondisi ruangan rawat kamu yang sudah rapi, bahkan saya teriak-teriak manggil nama kamu dan ga ada sautan sama sekali. Saya pikir saya akan kembali kehilangan kamu." ucap Seungcheol tertawa pelan sembari menunduk, tersirat sebuah kesedihan dan rasa takut yang mampu terbaca dari wajahnya.

Mingyu menarik kembali tubuh Seungcheol ke dalam dekapannya. Ia yang memeluk erat tubuh laki-laki itu kali ini.

Dan kalau boleh jujur, baru kali ini ia temui sosok Seungcheol yang benar-benar secengeng ini.

MPREG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang