Part 8 🤍

5.5K 183 52
                                    

RIVAL [CHEOLGYU]

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

❥⁠

Obrolan mereka itu berhenti, ketika dari pihak pembicara lebih memilih untuk mengurungkan niatnya bercerita.

Dan si pihak pendengar pun juga tidak menuntut. Ia mengerti bahwa untuk menaruh kepercayaan kepada manusia asing itu bukan hal yang gampang. Semuanya butuh waktu.

Dengan Mingyu yang sudah mulai mau menerima dia di dalam hidupnya saja, itu rasanya sudah lebih dari cukup untuk Seungcheol.

Ia tidak ingin meminta ataupun memaksa.

Biarkan semuanya mengalir dengan sendirinya. Dan jika memang harus berakhir, maka biarkan berakhir dengan semestinya.

Namun jikalau boleh ia meminta lebih pada Sang pemilik jagat raya, ia hanya ingin laki-laki ini tetap membersamainya sampai akhir hayat nanti.

Bahkan, jika untuk bersamanya itu harus mengorbankan hal-hal yang paling berharga dalam hidup Seungcheol, maka Ia rela berkorban apapun itu asalkan lelakinya itu tetap bersamanya.

Biarkan ia yang bertarung dengan kepercayaan juga rasa milik raga dari laki-laki yang ia cintai
sampai tiba nanti saatnya dimana raga, jiwa, perasaan dan nyawa itu benar-benar utuh menjadi miliknya.

Ia akui, bahwa ia akan menjadi manusia paling egois jika menyangkut tentang kepemilikan ciptaan Tuhan yang satu ini.

❥⁠

Meskipun hari ini waktu berlalu dengan tidak begitu lama.
Tapi rasa canggung di antara keduanya juga tidak dapat dipungkiri adanya.

Dan salah satu yang berbeda dari hari ini adalah
Mingyu berhasil makan nasi, dan semua itu berkat Daddy.

Persis seperti kejadian susu dan pancake beberapa waktu yang lalu :)

Memang biasanya Mingyu juga bisa makan nasi, tapi ia akan terhenti pada suapan yang ke tiga.
Ia hanya bisa menelan 3 sendok nasi, dan jika di paksa lebih maka ia pasti akan memuntahkan semuanya.

Tapi hari ini, ia bisa memakan nasi lebih dari 3 sendok dalam setiap makan.
Benar-benar sesuatu yang di luar kendalinya.

"Kenapa sih nak, kamu tu cuma mau makan banyak kalo di suapin sama Daddy? Bahkan minum susu juga harus pakek tangan Daddy." ucapannya sembari mengusap janin yang masih dalam perutnya.

"Padahal kan Buna yang ngandung kamu, Buna juga yang bawa kamu kemana-mana."

"Tapi kenapa kamu malah bucinnya sama Daddy? Apa-apa harus Daddy. Dari dulu juga apa-apa maunya pasti sama Daddy."

"Maafin Buna yang dulu ga bisa nurutin kemauan kamu ya nak."

"Bukan karena Buna ga sayang kamu. Tapi masalah besarnya adalah Buna gengsi buat minta perhatian Daddy, Buna malu tau." cicitnya lirih sembari menoel-noel baby bumpnya.

Netranya beralih menatap sekilas pada sosok laki-laki yang tengah tertidur pulas pada sebuah sofa di ruangan tersebut.

"Masa iya Buna yang statusnya adalah rival Daddy tiba-tiba minta Daddy buat ngelakuin ini itu buat Buna. Canggung sayang."

MPREG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang