Part 23

379 61 17
                                    

.
.
.
.
.

"Ha, gimana kalo kita ketauan?"

"Kamu ngomong apa sih?"

"Eunha! Gue tau lu pasti paham maksud gue, gak mungkin kan lu lupa"

Eunha mendengus kesal. "Kamu tenang aja, urusan itu semuanya gak bakal kebongkar kok"

"Lu gak bohong, kan?"

"Ck. Tenang aja! Kepercayaan aku udah ngurus semuanya"

"Pokoknya kalo sampe ketaun terus lu bawa nama gue, awas aja lu!"

"Enggak akan, kamu tenang aja"

"Oke!"

Eunha mengepalkan tangannya, ia geram kenapa disaat seperti ini semua menumpahkannya padanya.

"Gue harus bertindak sebelum terlambat" gumamnya.

Ckelek!

Dengan cepat Eunha tersenyum manis ketika seseorang membuka pintu kamarnya, walau dalam hatinya ia takut lelaki itu mendengar pembicaraannya tadi.

"Kak Bambam? Dari kapan disitu?" Tanyanya mencoba tidak terlihat mencurigakan.

Bambam tersenyum. "Baru aja, kakak mau liat kondisi kamu. Gimana? Udah mendingan?" Ia duduk disamping adiknya.

"Mendingan kok, luka aku juga udah mulai pudar" jawabnya.

Tangan Bambam mengasak gemas puncak kepala adiknya. "Ada Mingyu sama yang lainnya mau jenguk kamu, mau ke bawah gak? Atau kakak suruh mereka ke sini?" Ujarnya begitu lembut dan penuh perhatian.

Eunha menggeleng. "Aku ke bawah aja, kak. Gak enak suruh mereka ke sini" ia beranjak dari atas ranjangnya.

Bambam menuntun Eunha untuk keluar kamar menemui teman-temannya, bagaimana pun kondisi Eunha masih belum stabil. Bahkan suhu tubuhnya masih terasa sedikit panas, ia semakin penasaran siapa orang yang berani melakukan kekerasan pada adiknya. Saat ia bertanya pada Eunha jawabannya hanya 'aku gak tau, kak'. Hei! Bagaimana bisa Eunha tidak tahu, aneh sekali bukan?

"Hai, Eunha" sapa Bobby dan Yugyeom.

Eunha tersenyum lalu duduk di samping Mingyu.

"Lu udah gak apa-apa, kan?" Tanya Mingyu menelisik seluruh wajah Eunha.

Gadis itu menggeleng. "Enggak kok, kak. Kayaknya besok juga aku mulai masuk sekolah" ujarnya.

"Mendingan jangan dulu, suhu tubuh kamu masih panas dek" sahut Bambam yang duduk di sofa singel.

Bobby mengangguk. "Dengerin noh kata abangnya"sahutnya yang sibuk menyemili kripik bersama Yugyeom.

Eunha hanya tersenyum manis saja menanggapi ucapan mereka, lalu beralih menatap wajah Mingyu yang masih terdapat beberapa memar keunguan.

"Muka kakak kenapa?" Tanya Eunha khawatir.

Mingyu meringis pelan ketika tangan mungil Eunha menyentuh wajahnya. "Gak apa-apa kok, ini cuman urusan lelaki" ujarnya mencoba tersenyum walau sakit di area bibirnya.

"Urusan apa? Kok sampe segitunya" timpal Eunha tidak suka.

"Gak apa-apa, sayang"

Eunha mengulum bibirnya mendengar panggilan Mingyu yang memang jarang sekali ia dengar, tangan lelaki itu sudah mengasak poni Eunha dengan gemas.

"Cepet sembuh" ujarnya membuat gadis itu mengangguk.

"Ekhem! Dunia berasa milik berdua" cibir Bobby namun masih pokus menonton tv.

Yes, I'm Dahyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang