.
.
.
.
.Sudah dua minggu lamanya Yugyeom tidak sekolah dan sudah dua minggu juga lukanya sedikit membaik meskipun terkadang ia sering sekali mengeluh kesakitan pada perut bagian kanannya, namun dokter yang selalu merawatnya itu bilang hanya efek samping dari luka yang sedang dialami oleh Yugyeom sendiri.
Kini lelaki itu tengah berdiri di depan gerbang sekolah, menatapnya dengan lekat seakan-akan sesuatu terjadi di dalamnya. Sayang sekali ia tidak mengingat itu semua, bahkan mengingat apa yang ia lakukan akhir-akhir ini di sekolah saja tidak. Dirinya seperti merasakan amnesia ringan.
"Gyeom!!" Pekik Bobby berlari menghampiri lelaki itu lalu merangkulnya. "Kemana aja lu selama dua minggu ini? Tumbenan kagak masuk kelas" ujarnya melempar senyum seperti biasanya.
Di belakang lelaki itu terdapat Mingyu dan Bambam yang juga menghampirinya, namun anehnya Yugyeom merasakan hal janggal pada ini semua. Entah itu perasaannya sendiri atau memang benar terjadi.
"Kenapa ngelamun bjirr?? Gue tanya malah diem" Bobby menggerakkan rangkulannya pada lelaki itu.
"Gak" sahut Yugyeom singkat.
"Nape lu? Muka kek nahan boker gitu" timpal Bambam ketika mereka sampai di hadapan Yugyeom.
Lelaki itu terdiam sejenak sebelum melempar kembali tatapannya pada area sekolah. "Selama gue gak ada, ada sesuatu yang terjadi gitu? Maksudnya....." Yugyeom tidak melanjutkan kata-katanya karena ia sendiri bingung dengan apa yang terjadi padanya.
"Sesuatu terjadi?" Ulang Bobby mencoba mengingat lebih dalam. "Gak deh. Selama ini aman-aman aja, aahh terkecuali kasus Eunha yang belum reda. Lu inget kan?" Cerocosnya menatap lelaki itu heran.
"Eunha?" Gumam Yugyeom ikut heran.
Mingyu berdecak sebal ketika mereka membahas yang sudah lampau itu. "Masuk. Gue males jadi patung di sini" dengusnya yang berjalan memasuki area sekolah.
"Kuy!" Sahut Bambam mengikuti lelaki berkulit tan itu.
Bobby pun menarik Yugyeom untuk masuk, menghiraukan ekspresi heran pada wajahnya. Jika benar kasus Eunha belum padam, kenapa Bambam bisa sesantai itu? Apa dia tidak takut satu sekolah mencaci adiknya? Entahlah, ia merasa sedikit linglung jika memikirkan itu semua.
Yang pastinya ia merasa sesuatu pernah terjadi melibatkan dirinya dengan seseorang, namun entah siapa seseorang itu.
Mereka pun sampai di kelasnya yang tampak ramai dengan beberapa murid yang sudah datang dan membuatnya semakin heran adalah sosok gadis yang terduduk di pojok menggunakan hoodie hitam menutupi wajahnya, bahkan mejanya pun terdapat beberapa coretan caci maki.
Dia adalah Joy.
Yugyeom ingat gadis itu yang pernah menawarkan diri untuk bekerja sama memusnahkan Dahyun. Ya! Dia sadar, bahkan sekarang ketiga sahabat gadis itu tidak ada di kelas.
"Sebenarnya apa yang udah gue lewatkan sih?" Gumam Yugyeom pelan.
Ia pun duduk di bangkunya yang tidak pernah berubah sama sekali, dengan manik yang tidak pernah terlepas dari sosok gadis bernama Joy itu. Pasti ada yang tidak beres membuat gadis itu menjadi dirundung seperti ini.
"Kemana Hanbin?" Tanya Yugyeom tidak melihat kehadiran sahabatnya itu.
Bahkan sejak dia dirawat pun Hanbin tidak memunculkan batang hidungnya, yang ada hanya dokter yang senan tiasa membantunya mengobati luka ini.
"Dia bilang sih harus ke singapur buat gantiin bokapnya. Biasa anak tunggal kaya raya kan gitu" celetuk Bobby.
Yugyeom terdiam, pantas saja tidak ada ternyata sedang melakukan tugas sebagai anak tunggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Dahyun
AcakYes, gue Dahyun. Gue anatagonis dalam cerita gue sendiri, menarik bukan? [Karya pertama] Star = 1.04.2023 End = -