"Jadi konsepnya seperti ini, kamu maju terus saja. Jika tidak tau, bertanya kalau emang salah diperbaiki hingga benar. Jangan pedulikan ejekan orang lain jika kamu salah menjawab karena bukan mereka yang akan meninggikan nilai kamu tapi, itu kamu sendiri yang memegang kendali untuk meninggikan nilaimu."
.
.
.
.
Tandain ya kalau ada typo
Happy Reading 🙌
Kali ini Ai ada di taman dengan Devan. Ai berusaha belajar sekeras mungkin agar nilainya naik atau tidak Mamanya akan marah. Ini sudah bukan pertama kali Ai belajar bareng Devan.
"Aish! susah bener nih pelajaran," keluh Ai menghempaskan pelan buku yang dipegangnya tadi ke meja.
"Belajar," singkat Devan tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
"Lah kamu kira aku di sini ngapain dari tadi kalo gak belajar?" sewot Ai. Buku yang ia hempaskan tadi akan ia ambil kembali tapi tanpa sadar keduanya bersentuhan karena Devan yang juga ingin memgambil buku itu.
"Astaghfirullah." keduanya bersamaan langsung menjauhi tangan mereka dari buku itu. Dan aksi mereka pun sama menggesek tangannya yang bersentuhan tadi di baju.
"Sorry bener-bener aku gak sengaja loh." Ai menyatukan kedua tangannya di depan.
"Sorry, gak sengaja juga," ujar Devan juga sedikit ketus lalu mengambil buku itu.
Kini Devan mulai mengajari Ai beberapa rumus yang ada di buku itu dan Ai sedikit paham. Ai akui semenjak belajar bareng Devan ia sedikit paham dengan pelajaran ingat cuman sedikit tapi sepertinya itu tidak cukup.
"Saya sarankan kamu rajin mencatat dan aktif di kelas," saran Devan angkat bicara.
"Benci banget sama catatan. Nulis nulis panjang ujung-ujungnya gak dibaca guru," keluh Ai.
"Singkat bisa kan?"
"Singkat gimana Van?" Ai malah nanya balik.
Devan mengehembuskan nafas pelan. "Singkat catatanya ambil yang penting-penting aja," jawab Devan.
"Gue udah mau coba tapi, pas gue baca penting semua bah."
"Enggak, perhatikan baik-baik pasti enggak sepanjang itu," jedanya sebentar. "Nanti saya kasih tipsnya," lanjutnya.
"Emang beneran bisa disingkat gitu? Padahal penting semua loh?" bingung Ai dengan pernyataan Devan.
Devan lalu merongoh tasnya dan mengambil satu buku lalu menyodorkannya ke Ai. "Itu buku catatan saya salin aja dulu buat catatan kamu. Untuk tipsnya bisa kamu lakukan nanti di rumah untuk catatan lain. Cukup pengertiannya terus untuk contoh dan penjelasan lainnya kamu sendiri yang nyusun pakai kata-kata yang sesingkat mungkin sesuai pemahaman kamu, secara tidak langsung juga kamu akan paham dengan materi yang ada," jelas Devan.
Ai hanya manggut-manggut mendengar itu karena kini fokusnya ke buku catatan Devan yang begitu rapi nurutnya.
Emang Devan beda ama yang lain, bukunya rapi bener anjir, mana singkat bener ini mudah dipahami kata-katanya dibanding yang ada di buku paket, batinnya takjub.
"Btw makasih ya berkat kamu, aku ada pengembangan dikit," ungkap Ai dibalas deheman singkat oleh Devan.
"Aktif juga di kelas itu bisa jadi penunjang juga," saran Devan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Di Putih Biru (END)
Подростковая литератураHanya kisah anak SMP tentang seorang gadis yang suka dan kagum pada seorang lelaki di bangku SMP-nya. Mengejar, mendekati, caper itulah yang gadis itu lakukan agar lelaki yang dikaguminya mau menjadi temannya. "Kita berawal dari salah paham dan ber...