17. Salah Paham

42 27 42
                                    

"Lo kuat, pasti bisa, gue gak bisa maksa lo buat  lupain masalah itu tapi, gue cuman mau bilang tetap fokus sama masa kini dan depan. Jangan sampai karena terlalu terpaku dengan masa lalu, lo sampai menyesal lagi karena hari ini."

.

.

.

.

Kalau ada typo tandain yo

Happy Reading🙌

Ai sudah kembali ke sekolah tentu dengan wajah yang menunduk malu.

Banyak yang mencacinya, bukan karena Ai yang lemah tidak melawan mereka seperti biasanya tapi, cacian-cacian mereka tidak ia dengarkan karena pikirannya justru lebih kacau.

Bisa dikatakan tubuhnya ada di tempatnya sekarang tapi pikirannya ada dimana-mana hal itulah yang membuatnya tidak fokus mendnegarkan cacian orang-orang di sekitarnya.

Hingga saat ia sampai dikelas, ia hanya langsung menyembunyikan wajahnya di sebalik lipatan tangannya dan tak sadar dirinya menangis terhadap apa yang terjadi padanya.

Queen yang baru datang melihat Ai terisak tentu langsung mendekat ke temannya itu dan mengelus punggungnya untuk menenangkannya.

"Ai jangan sedih dong. Kamu gak salah ini cuman kecelakaan," tutur Queen menenangkan Ai.

"Iya emang kecalakaan ... tapi impian gue hancur karena ini! Gue bodoh banget ...." Ai yang kesal pada dirinya sendiri bahkan sampai memukul kepalanya membuat Queen menghentikan aksi itu dan memulai Ai erat.

"Lo kuat, pasti bisa, gue gak bisa maksa lo buat lupain masalah itu tapi, gue cuman mau bilang tetap fokus sama masa kini dan depan. Jangan sampai karena terlalu terpaku dengan masa lalu, lo sampai menyesal lagi karena hari ini."

Ai yang mendengar itu menghentikan isakannya sebentar mengatur nafas agar lebih teratur. Bener kata Queen gue harus bisa memperbaiki masa kini buat masa depan gue. Jangan sampai gue menyesal lagi seperti kemarin, batinnya.

Lalu Ai mengedarkan pandangannya melihat sekelasnya menatapnya nyalang tentu membuatnya bingung. Tatapan seolah Ai melakukan kesalahan besar.

"Napa lo pada natap-natap gue kek gitu hah!" bentak Ai pada mereka melihat itu Queen menghembuskan nafas lega setidaknya Ai kembali ke yang dulu meski tidak seutuhnya.

Membuat sebagian dari mereka memutuskan tatapan itu. "Ck! siswa kek lo harusnya dikeluarin dari sekolah tau gak."

"Hah?"

"Modelannya aja kek suci gak mau disentuh cowo padahal dah kotor."

"Idih malu-maluin sekolah lo."

"Mungkin bosan kali ya ngejar-ngejar Devan tapi rasa sukanya gak dibalas makanya dia nye.ra.hin. di.ri.nya," ucap gadis di kelasnya memberikan penekanan 2 kata terakhir.

Ai yang mendengar itu tentu emosinya membuncah, what! dirinya menyerahkan diri gara-gara Devan? berita dari mana itu, pikir Ai.

Ai yang dalam keadaan emosi berdiri dari tempatnya dan langsung menuju ke gadis itu langsung menjambak jilbabnya.

"Maksud lo apa hah? Gue nyerahin diri gue? Gak akan." emosi Ai. "Sesuka-sukanya gue gak bakal ngelakuin hal serendah itu." lanjutnya penuh penekanan sedang gadis lainnya berusaha melepaskan tangan Ai dari jilbab yang dijambaknya.

"Lepasin gue gak! Ogah banget gue disentuh sama tangan kotor lo!" cerca gadis itu.

Bukannya melepasnya Ai semakin menariknya membuat gadis itu semakin meringis. Queen hanya melihat itu kapan lagi Ai membully orang yang suka mengganggunya mumpung yekan.

Asa Di Putih Biru (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang