"Kembali untuk memulai awal yang baru dari pengalaman yang telah dilalui."
.
.
.
.
Kalau ada typo tandain yo
Happy Reading🙌
"Dev-an?" lirih Ai bingung membuat tubuhnya melemah.
Lelaki itu wajahnya mirip Devan. Seorang remaja yang meninggal beberapa tahun kemarin karena kecelakaan.
"Kalian berani sama perempuan hah!" bentak lelaki dengan suara beratnya.
"Widih abdi negara satu ini mencoba menjadi pahlawan," ejek lelaki lalu bertepuk tangan.
Tanpa banyak bicara dia langsung membogem laki-laki itu, adu jotos pun dimulai.
Sekuat tenaga lelaki itu memujul dan menghindar dari serangan 4 orang itu. Nafasnya memberat dengan keringat yang mulai membasahi wajah dan lengannya. Bahkan saking seriusnya, lelaki itu sampai terbaring saat ingin mengunci lawannya.
Bugh!
Bugh!
Dugh!
Bugh!
Krack!
Suara pukulan dan tendangan berbunyi. Membuat ketiga lelaki itu tumbang sedang Tentara itu masih berdiri tanpa luka sedikit pun meskipun tubuhnya kotor karena bersentuhan dengan tembok yang setiap hari diinjak orang-orang.
Lelaki yang menahan Ai pun mengeluarkan pisaunya dan akan segera menikam. Ai menyadari itu menghalangi lelaki itu dengan menjulurkan kakinya membuat lelaki itu jatuh.
"Ck! Suka banget main curang," decak Ai lalu menginjak tangan lelaki lalu mengambil pisau itu lalu ia kembali menatap Tentara itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Demi apa Devan jadi Tentara dewasa gini, padahal dulu mukanya masih ganteng-ganteng comel hiks! thanks udah tolongin aku. Meski lo udah di alam lain masih aja nolongin gue terus hiks!" Ai menangis terharu karena meski lelaki itu sudah mati justru datang menolongnya apa lagi dengan pakaian Tentara. Saking campur aduknya perasaannya aku, lo dan gue digabung.
"Emang di alam sana orang yang sudah mati bisa ikutan tumbuh? hiks juga bisa belajar sampai raih cita-cita .... " lanjutnya membuat lelaki itu geleng-geleng. "Suara kamu aja udah berubah banget," lanjut Ai lagi lalu terisak duduk jongkok memegang perutnya yang sakit karena ditendang tadi. Sshhhh! mendengar ringinsan Ai membuat si lelaki khawatir dan mendekati Ai.
"Kamu gak papa Aisyah?" tanyanya khawatir melihat Ai yang memegang perutnya.
"Aku gak papa thanks udah nolong gue lagi untuk kesekian kalinya. Lo di sana bahagia kan ya? Dah gak ada beban gitu."
Lelaki yang mendengar racauan gadis itu terkekeh lagi sepertinya perempuan itu menganggapnya hantu. Hingga isakan Ai berhenti kala mendengar.
"DEVAN!" teriak salah seorang Tentara membuat Ai berbalik melihat orang itu. Dia melihat sekitar ada 5 oranglah. Benarkah orang itu melihat Devan. Bukannya yang di depannya ini arwah Devan?
"Kalian gak papa?" tanya orang berbaju loreng itu lagi menatap khawatir, dia Raden.
"Ai itu kamu kan? Kamu gak papa kan?" tanya Raden melihat Ai termenung dengan keadaan berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Di Putih Biru (END)
Dla nastolatkówHanya kisah anak SMP tentang seorang gadis yang suka dan kagum pada seorang lelaki di bangku SMP-nya. Mengejar, mendekati, caper itulah yang gadis itu lakukan agar lelaki yang dikaguminya mau menjadi temannya. "Kita berawal dari salah paham dan ber...