"Jangan muncul seperti hantu yang memberi ketakutan tapi muncullah seperti matahari yang memberikan sinar untuk memulai."
.
.
.
.
Kalau ada typo tandain yo
Happy Reading🙌
"Ingat pesan Papa jaga diri baik-baik. Jangan terlalu dekat sama laki-laki, jaga jarak," peringat Papanya membuat Ai berpose hormat.
"Siap Komandan!" seru Ai lagi membuat tentara yang di belakangnya menoleh padanya.
"Oh iya Papa dapat kabar kalau ada latgab di pulau itu, kamu ketemu seseorang yang dikenal di sana?" tanya Papanya.
"Iya Pa! Tau gak Pa? Tadi Ai ketemu sama Kak Raden yang juga ikut latihan. Kak Raden makin kece Pa," seru Ai lagi.
"Hanya Raden?" tanya Papanya lagi dibalas anggukan oleh Ai.
"Cewe di belakang kita siapa sampai tau Lettu Raden?" tanya salah satu dari mereka tentunya berbisik.
"Bahkan suara yang diajaknya telponan kayak familiar," celetuk yang lainnya dengan suara pelan.
Mereka semua hanya mengangkat bahu arti tak tau.
"Makin kece tuh, kan Raden sekarang sudah berpangkat Lettu."
"Papa kok bisa tau?"
"Ya tahu orang anak itu masih aja ketemu sama Papa minta saran katanya."
Mendengar itu Ai hanya manggut-manggut bercerita panjang lebar dengan keluarganya hingga selesai kini ia memulai panggilan video diikuti semua temannya.
Satu persatu wajah mereka muncul.
"AI KENAPA BARU NELPON NJIR!" suara dari Queen yang berteriak di seberang sana membuat Ai menurunkan ponselnya menutup bagian speaker karena didengar semua orang.
"Lo jangan teriak-teriak juga kali!" kesal Ai. "Dilihatin ni sama banyak orang, malu gue," lanjutnya sedang Queen hanya menyengir.
Rania yang melihat dan mendengar itu membatin. Dari tadi lo juga malu-maluin Ai.
"Tumben lo telponan gini depan umum?" tanya Aini bingung karena biasanya Ai tidak akan mau melakukan panggilan di tempat umum apalagi banyak orang.
"Ya mau gimana lagi gue nebeng wifi. Jaringan data eror," jawab Ai lalu mencomot rotinya.
"Widih tinggal di pulau nih gimana, seru gak tuh?" tanya Pratama.
"Seru! Banyak pemandangan indah. Kalian tau gak di sini ada Latgub Tentara loh! Cuci mata gue!" pekik Ai senang ia masih belum sadar ada kumpulan loreng di belakangnya.
"Jadi rindu masa dulu gak tuh?" tanya Tirta menebak dibalas anggukan antusias oleh Ai. Masa dulu padahal gak lama-lama amat semenjak ia tidak tinggal di kesatuan membuat ia jarang melihat Tentara. Ya cuman 6 tahun lebih kok.
Rena justru diam seperti menatap dengan menyelidik. "Ai lo bisa angkat Hp lo gak?"
Ai langsung mengangkat ponselnya yang awalnya memang disandarkan pada botol kecap.
Sontak semuanya melotot."ANJIR!" kasar mereka bersamaan kaget.
"Jan ngegass dong, santai kayak di pantai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Di Putih Biru (END)
Ficção AdolescenteHanya kisah anak SMP tentang seorang gadis yang suka dan kagum pada seorang lelaki di bangku SMP-nya. Mengejar, mendekati, caper itulah yang gadis itu lakukan agar lelaki yang dikaguminya mau menjadi temannya. "Kita berawal dari salah paham dan ber...