21. Kecelakaan

32 18 12
                                    

"Musibah bisa datang kapan saja entah itu sebagai tugas untuk melatih kita ataupun sebagai ujian untuk menyelesaikan proses kita selama hidup."

.

.

.

.

Kalau ada typo tandain yo

Happy Reading🙌

Setelah mengunci rumahnya ia berjalan keluar pekarangan, Ai tidak melihat sopir mungkin karena mengantar Aksa. Ai kebingungan harus melakukan apa disaat begini menggunakan kendaraan umum dia tidak tau. Bahkan ia tidak memikirkan jika Papanya nanti marah tiba-tiba ia keluar.

Hingga Ai melihat salah satu anggota yang melewati depan rumahnya.

"KAK RADEN!" panggil Ai teriak berlari ke arah Raden.

Raden yang mendengar teriakan Ai tentu mengerem mendadak lalu menoleh melihat Ai yang ngos-ngosan sambil memegang perutnya.

"Eh, Dek Ai lari-lari kenapa?" tanya Raden bingung sekaligus penasaran tanpa turun dari motornya.

"Antarin ... Ai ke rumah ... sakit ya Kak," pinta Ai yang masih ngos-ngosan.

"Sudah ijin sama  Letkol Fahri gak?" tanya Raden ia tau kalau Papa Ai menjaga Ai dengan ketat tidak mungkin bukan, Ai pergi sendiri begini apalagi melihat Ai yang hanya menggunakan celana tidur lalu hoodie.

Ai menggeleng lalu ia menyatukan kedua tangannya. "Kak Raden antar Ai ya, please," pintanya lagi.

"Tapi nanti Pa-"

"Temen Ai kecelakaan Kak, please banget anterin Ai ya Kak," pinta Ai lagi memotong ucapan Raden. Raden kasian melihat Ai yang memohon seperti itu lalu ia mengangguk.

Ai pun naik di motor Raden. Ai yang takut jatuh memegang baju PDL Raden di samping kanan kiri. Lalu mereka melenggang pergi.

Kebetulan Raden juga baru lepas tugas ia berniat untuk jalan-jalan refreshing tapi malah ketemu Ai.

Mudah-mudahan Pak Letkol gak marah sama saya, batin Raden sedikit was-was.

Sesampainya di rumah sakit yang Ai katakan tadi Ai langsung berjalan masuk tapi, saat di dalam ia bingung dimana ruangan Devan.  Raden yang melihat Ai kebingungan pun paham .

"Kamarnya teman kamu dimana?" tanya Raden

"Di ruang IGD kata Aini Kak," jawab Ai.

Raden yang mendengar itu kaget. Benarkah gadis di depannya ini tidak tau kalau IGD pasti sudah ada di depan rumah sakit langsung. sepertinya Pak Letkolnya terlalu melarang Ai keluar sampai hal begini pun gadis itu tak tau.

"Sini Kakak antar," tawar Raden pada Ai.

Ai lalu mengikuti Raden hingga saat sampai di IGD dia masih menuju masuk hingga Ai melihat Rena yang sudah menangis keras dalam dekapan Queen.

Raden yang melihat bukankah itu istri Kaptennya? apakah teman yang Ai maksud adalah Devan si kulkas?

Ai mendekat lalu melihat ke arah Aini. "Devan mana, Aini?"

Aini yang mendengar itu hanya menunduk lalu terisak. "GUE TANYA SAMA LO, DEVAN MANA?" teriak Ai dadanya naik turun karena tidak bisa mengontrol emosinya.

"Dia ada di ruangan baru diperiksa oleh Dokter," jawab Aini menunjuk pintu.

Ai yang melihat ke arah pintu yang ditunjuk Aini lalu menngarahkan pandangannya ke Rena yang menangis. "Terus Adrian gimana? Dia baik-baik aja kan? Pasti sudah dirawat kan?" tanya Ai beruntun menatap Aini dengan raut khawatir bagaimana pun Adrian juga sahabatnya.

Asa Di Putih Biru (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang