11. Sebab Menyukaimu

52 33 8
                                    

"Konsep masyarakat lah yang membuat orang-orang berpikir bahwa anak laki-laki lebih baik dari pada perempuan. Anak laki-laki lebih berhak atas permpuan tidak sebaliknya. Kamu mungkin laki-laki tapi, ingat siapa yang melahirkan kamu."

.

.

.

.

Kalau ada typo tandain yo

Happy Reading🙌

"Mmm kar–" ucapan Ai tersela karena seorang lelaki mendekat bersama seorang gadis.

"Idih jadi cewe kok murahan banget sih!" sindir gadis yang tak lain Silfi karena kebetulan lewat bersama Teri pacarnya.

"Biasanya cowo yang mengejar cewe lah ini cewe yang ngejar cowo. Gak laku kali makanya nawarin diri," lanjut Silfi meremehkan kemudian pura-pura kaget.

"Lo! Belum kapok apa? Hah?" bentak Ai tanpa aba-aba ia langsung menarik jilbab Silfi.

"Arrgghhh! lepasin gak! Sakit rambut gue!" teriak Silfi juga karena kepalanya sakit.

"Bodo amat! "

Devan yang ingin melerai itu tapi ia tidak bisa menyentuh perempuan begitupun Ai sebaliknya tidak suka disentuh lawan jenis.

Tentu hal itu membuat pusat perhatian hingga beberapa orang mendekat. Bukannya melerai malah mendukung salah satu diantara mereka.

Ai yang masih menjambak jilbab Silfi melihat itu Teri akan menghentikan Ai dengan memisahkan tangan kedua gadis itu tapi, aksinya dihentikan oleh Devan.

"Kamu tidak boleh menyentuh Ai, dia tidak suka bersentuhan dengan lawan jenis," ucap Devan mengintimidasi dengan tangannya yang memegang lengan Teri.

"Ck! Murahan gi–"

Bugh!

Arggghhhh!

Teri terjatuh duduk mengenaskan memegang pipinya yang sakit. Sontak membuat orang tentunya mengalihkan perhatiannya kini ke 2 lelaki itu. Devan membungkuk menatap Teri tajam.

"Ayo!"

"Ayo!"

"Ayo!"

"DEVAN!"

"DEVAN!"

"TERI!"

"TERI!"

"Jangan pernah mengatakan bahwa Ai murahan," ucap Devan penuh penekanan. "Karena dia lebih baik dari pada pacar kamu," lanjutnya

Ai yang menyudahi aksinya kini terpaku lagi dengan kata-kata Devan. Demi apa Devan membelanya?

Devan berdiri kini menunduk melihat Teri dengan tangan yang masuk ke dalam saku celananya.

"Mengapa di saat lelaki mengejar perempuan dianggap perjuangan sedang perempuan jika mengejar lelaki yang ia sukai dikatakan murahan. Bukankah dua manusia ini sama-sama makhluk hidup bukan? Apakah perempuan tidak berhak mengejar apa yang ia sukai?"

"Konsep masyarakat lah yang membuat orang-orang berpikir bahwa anak laki-laki lebih baik dari pada perempuan. Anak laki-laki lebih berhak atas permpuan tidak sebaliknya. Kamu mungkin laki-laki tapi, ingat siapa yang melahirkan kamu. Perempuan memiliki hak yang sama seperti laki-laki camkan itu!" jelas Devan panjang penuh penekanan. Devan menutup matanya sekejap menghembuskan nafasnya berat.

Asa Di Putih Biru (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang