21. Untukmu Zhafira

16 2 0
                                    

"Tiada hari yang sia-sia"
-untukmu Zhafira-

Zhafira telah menyajikan nasi goreng dengan topeng telur ceplok bersama nuget.

"Mas Ahza mau kopi, susu atau teh?" tanya Zhafira, karena dirinya tidak tau kebiasaan apa yang diminum Ahza saat pagi hari, setidaknya ia bisa mengenal diri Ahza lebih jauh.

Ahza tersenyum simpul, sambil duduk didepan meja makan. "Kalau pagi biasanya saya suka minum teh hangat, tapi dengan peresan air lemon." kata Ahza.

Zhafira mengangguk dan membuatkan teh dengan perasan air lemon. "Nih Mas tehnya." ucap Zhafira.

"Loh kamu juga jago masak." Kata Ahza dengan mengikuti gaya Zhafira bicara tempo hari yang lalu.

"Gini-gini juga sering bantu umi masak." ucap Zhafira santai.

"Ohh." kata Ahza.

*****

"Assalammualaikum." Nampaklah wajah
Ahza dari balik pintu dengan baju basah kuyup.

"Wa'alaikum salam." sahut Zhafira.
"Loh Mas Ahza, kehujanan." Zhafira mengambil tas Ahza dan snelinya.

"Mas Ahza kenapa main hujan."

Ahza hanya berdeham, "Bukan main hujan tapi kehujanan." kata Ahza berjalan melalui Zhafira dan langkahnya diikuti oleh Zhafira.

Ketika Ahza selesai mandi, tiba-tiba lampu mati dan gorden kamar tertiup oleh angin, kilat terlihat jelas dibalik gorden, Zhafira memeluk Ahza erat karena dirinya sangat takut dengan kegelapan apalagi dirinya baru tinggal dirumah ini. Hangat dan nyamanlah yang dirasakan oleh Zhafira, ketika di dekat Ahza, tapi jantungnya bermasalah setiap kali dekat dengan Ahza karena berdetak kencang, ia juga bisa mendengar detak jantung Ahza yang bertalu-talu.

Ahza membalas pelukan dari Zhafira, bukan dia yang meminta tapi isterinya yang lebih dulu memeluk dirinya, bagi Ahza ini semua ga masalah.

Lampu menyala, tapi Zhafira masih memeluk erat Ahza, merapatkan kepalanya didada Ahza.

"Yakin gamau dilepas pelukannya." bisik Ahza.

Zhafira yang mendengar bisikan Ahza seketika melepas pelukannya dan teryata lampunya udah menyala duh malunya dirinya, apalagi Ahza hanya memakai handuk tanpa baju. "Maaf, itu tadi Fira ketakutan."

Ahza tersenyum, setelah itu dirinya memakai pakaian dan langsung menyibak selimut dan merebahkan dirinya. "Kalau mau peluk juga ga papa." ucap Ahza.

Zhafira berusaha meredakan detak jantungnya yang gugup karena Ahza. "Loh Mas ga makan dulu."

"Nanti aja, saya mau tidur dulu" kata Ahza, sambil merem.

Zhafira mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan Ahza, ia memberanikan diri untuk mendekati Ahza dan menyentuh dahinya, kaget itulah yang dirasakan oleh Zhafira suhu badan Ahza sangat panas.

"Loh Mas kamu demam." Kata Zhafira.

"Udah tidur aja, entar besok juga membaik." ucap Ahza dibalik selimut.

Zhafira pergi kedapur untuk mengambil air kompresan dan obat. Ia merapatkan selimut pada tubuh Ahza yang sedang keinginan.

"Mas bangun dulu minum obat."

Ahza berusaha mendudukkan dirinya untuk sekedar minum obat. "Eits, makan dulu Mas."

"Ga, saya ga mau makan."

Zhafira tetap berisi keras, "Makan dulu satu suap, baru makan obat."

Ahza akhirnya mau makan tapi hanya satu suap, setelah itu meminum obatnya. Ahza melepaskan bajunya dihadapan Zhafira, Zhafira yang menyadarinya menutup muka nya dengan kedua telapak tangannya.

"Kenapa tutup wajah, kan tadi kamu udah liat sambil meluk lagi." Ahza menarik tangan Zhafira dan membawanya kedalam pelukan.

"Ga usah dikompres dengan begini juga mujarab."

"Mas..."

"Hem..."

"Udah diam, lagian saya cuma meluk."

Cari kesempatan dalam kesempitan. batin Zhafira.

Walaupun ini bukan yang pertama tapi tetap aja ia merasa gugup dan canggung. Akhirnya hanya bisa pasrah dalam pelukan Ahza. Ahza merasa hangat dengan pelukan Zhafira dirinya tidak butuh yang lain hanya pelukan itu sudah cukup bagi dirinya.

Suara azan subuh bergema disurau, Ahza terbangun dari tidurnya ketika ia melihat gerak-gerik Zhafira dia memejamkan matanya lagi. Zhafira terbangun, sambil tersenyum pada Ahza yang masih tertidur, tangannya menelusuri wajah Ahza, refleks tangannya dipegang oleh Ahza.

"Saya tau kalau kamu terkagum dengan ketampanan saya." kata Ahza bangun, sambil mendudukkan dirinya.

Duh mampus, Zhafira apa yang kamu lakukan. batin Zhafira.

"Aku cuma mau pastiin aja, demamnya apa udah turun." kata Zhafira.

Ahza mendekatkan wajahnya pada Zhafira mengikis jarak diantara mereka berdua.
"Sayang Mas dari tadi udah tau kalau kamu menyentuh wajah Mas." bisik Ahza, tak lupa ia memberikan sebuah kecupan manis dipipi Zhafira membuat sang empu menjadi semakin kikuk.

Ahza berdiri dari tempat tidur, meninggalkan Zhafira yang masih bingung. Wajahnya blusing sepagi ini. Tunggu Zhafira melihat lagi bekas luka dipunggung Ahza, bukan hanya dipunggung didada kiri laki-laki itu juga ada bekas luka.

Apa yang terjadi pada Ahza dimasalu sehingga menyisakan bekas luka yang tidak bisa dilupakan.

Luka di hati bisa sembuh dan terlupakan, sedangkan luka dibadan akan selalu teringat dan dikenang.

UNTUKMU ZHAFIRA (Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang