Keluarga Khaidir sedang sibuk menyiapkan acara pernikahan Zahra dan represi perkawinan Zahra dengan Akram, satu minggu lagi. Khaidir menepati janjinya bahwa ia tak akan menjodohkan Zahra dengan anak sahabatnya.
Satu bulan setelah insiden Zahra sakit, Akram datang bersama keluarganya untuk melamar Zahra.
Haliza dan Naima sibuk menulis daftar keluarga dan teman untuk diundang.
"Zhafira Umi minta tolong, tuliskan nama-nama yang ada didaftar ini dikolom kertas undangan." Titah Haliza pada Zhafira.
Zhafira mengambil kertas daftar nama-nama, lalu menuliskannya sesuai perintah uminya.
"Itu perkelompok-kelompok ya Fira sesuai daftar, ini umi udah rekap juga alamat-alamat rumahnya yang ga jauh." jelas Haliza pada Zhafira.
Haliza telah membagi beberapa kelompok nama agar, membagikannya mudah, yang jauh-jauh biar ia membagikannya.
"Iya umi." Ucap Zhafira, sebenarnya dirinya agak sedikit kesal. Sedangkan Zahra dan Akram fitting baju bersama adiknya, agar tidak berduan katanya.
Setengah jam Zhafira menulis sesuai nama yang didaftar. Diam-diam Zhafira beranjak dari tempat duduknya. Baru ingin bergerak dirinya sudah kepergok oleh uminya.
"Udah selesai nak?" tanya Haliza.
"Sudah Umi semua." jawab Zhafira.
Naima berdiri menghampiri Zhafira dan Haliza . "Haliza aku pamit pulang dulu yah." ijin Naima.
"Ga nunggu makan siang dulu Nai!"
Naima tersenyum pada Haliza. "Ga usah Haliza, Fira tante pulang dulu."
"Iya tante." ucap Zhafira ramah.
Haliza memasukkan undangan-undangan dalam totebag. "Bagikan ini ya nak, Umi udah pesanin ojek."
Tau gini ia mending ikut fitting baju, salahkan dirinya yang menolak tawaran dengan alibi lebih baik dirumah aja santai.
"Iya.. umi." kata Zhafira tersenyum ramah. Dirinya berjalan menuju kamar untuk mengambil tas selempanya dan handphone.
-----------------------------------
Khaidir sedang duduk santai dikursi sambil sesekali memerintah agar dengan
hati-hati memindahkan pot tananamanya."Mau kemana tu!" kata Khaidir pada Zhafira.
Zhafira menghampiri Abinya yang sedang duduk santai. "Mau bagi-bagi cetak undangan disuruh ama umi." ucap Zhafira, setelah itu menyalami tangan Abinya.
Khaidir menganggukan kepalanya. "Hati-hati, jam 5 harus udah ada di rumah." Khaidir sepakat membuat peraturan pada anak-anaknya sebelum jam 6 sore sudah ada dirumah, Zhafira biasanya yang kadang-kadang suka pulang kesorean.
"Assalamualaikum Abi."
"Wa'alaikum salam, ingat sebelum jam 6 sudah ada dirumah." ingatkan Khaidir lagi
pada Zhafira.Zhafira, tentu mendengar apa yang dikatakan Abinya tapi ia tak mengiyakannya. "Ga janji Abi, kalau Fira telat, berartinya mampir dikedai dulu." ucap Zhafira jujur setelah itu berjalan setengah berlari menuju, tukang ojek yang sudah menunggu di pinggir jalan.
Tukang ojek memberikan helm pada Zhafira. Zhafira menerima helmnya dan memasangnya pada kepala.
"Ini Mba, jalan-jalan yang kita tuju." ucap Zhafira memberikan secarik kertas tentang alamat-alamat yang dituju.
Mbak ojek membaca dengan seksama. "Tenang aja Ning, nih pegang aja alamatnya entar bilang sama Mba, biar gampang nujunya." jelas Mbak ojek pada Zhafira.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUKMU ZHAFIRA (Selesai
RomansaApa yang ditakdirkan untuk kita pasti terjadi dan apa yang tidak ditakdirkan untuk kita tidak akan terjadi, tetapi kita sebagai hambanya tentu berusaha untuk menggapai surganya. Ahza Aqila Paranaya, dia pernah jatuh cinta pada orang yang dia sukai...