15. Untukmu Zhafira

12 3 0
                                    

Breaking news menayangkan tentang insident pesawat Garuda Ar 07, penerbangan As, dinyatakan jatuh kelaut karena kabut yang sangat pekat, sehingga penglihatan tidak jelas dan kabur.

"Semoga para korban ditemukan semua." ucap Khaidir yang sedang menonton berita.

Haliza datang membawa nampan berisi teh hangat dan pisang goreng.

"Berita apa Bi?" tanya Haliza, sambil menyuguhkan teh hangat dan pisang goreng.

"Pesawat jatuh Mi." jawab Khaidir yang masih fokus pada layar berbentuk persegi itu.

Zhafira menghampiri kedua orang tuanya dan ikut nimbrung dengan memakan pisang goreng. Sebenarnya Zhafira ingin mengatakan sesuatu tentang perjodohannya tapi ia urungkan begitu saja.

-----------------------------------

"Assalamualaikum, ini benar dengan Ahza Aqila Paranaya." ucap seorang perempuan.

Ahza mengeryitkan bahunya. "Iya saya sendiri, ada apa ya mba." sahut Ahza.

"Anita Azora meninggal karena insiden pesawat jatuh, alhamdulilah jenazahnya
sudah ditemukan, tapi masih dievakuasi."

Telpon dimatikan secara sepihak oleh perempuan itu.

"Innalillahi waina lillahi rajion, allahumma firlahu harhamhu, wa'afihi wafu anhu." kata Ahza, mengusap wajahnya. Dirinya duduk dipinggiran ranjang sambil mengusap wajahnya kasar. Momen-momen kebersamaannya terulang kembali di pikirannya sampai ia pergi begitu saja dan datang setelah sekian lama, kali ini pergi untuk selamanya menuju peristirahatan terakhir.

Setiap makhluk yang beryawa pasti akan merasakan yang namanya mati, tapi kita tidak tau kapan ajal itu akan menjemput.
Maka dari itu gunakanlah waktu sebaik mungkin.

-----------------------------------

Ahza dan Daniel sedang berada dikantin, sambil minum kopi dalam cup.

"Za lo harus sabar dan kuat." ucap Daniel, menepuk punggung Ahza.

Ahza mengusap wajahnya kasar. "Iya Niel, aku ikhlas dengan semuanya dan memang ia bukan ditakdirkan untukku, kalaupun kami bersama aku juga tidak yakin kami akan berjodoh kamu tau sendiri kan gimana sikap orang tuanya sama aku." jelas Ahza.

Daniel hanya menunduk ia tau betul, kalau keluarga Anita tidak suka dengan Ahza terutama ayahnya, tapi mereka berdua tetap berpacaran, lost contack ketika Anita pergi begitu saja dan itu adalah akhir dari kisah cinta mereka.

"Gue paham dengan maksud lo." kata Daniel.

Ahza hanya berdeham setelah itu meneguk kopinya yang tinggal setengah. Kini ia paham, cinta atas ridho, restu dari Allah dan orang tua, itu akan membawa kebahagian tersendiri.

"Apa lo sedang cinta ama perempuan lain?" tanya Daniel, yang curiga akan sikap Ahza.

"Hanya saja perasahaanku lebih besar kepadanya dari pada dengan yang lain." ucap Ahza, beranjak berdiri dan pergi meninggalkan Daniel.

"Itu namanya lo lagi jatuh cinta Za." ucap Daniel setengah berteriak yang masih bisa didengar oleh Ahza. Apa susahnya sih bilang jatuh cinta, pakai perumpamaan segala.

----------------------------------

"Abi Azza ingin memberi tahu pada Ahza, kalau keadaan Abi semakin memburuk." ijin Azza pada Daffa yang sedang terbaring lemah dibrankar dengan selang infus.

Azza menggenggam tangan Abinya kuat, Daffa menangkup tangan Azza yang berada diatas tangannya.

"Tidak usah memberi tahu dia, Abi tidak mau menjadi beban untuk dirinya, Abi malu pada diri Abi sendiri kemana Abi pergi disaat ia mengalami hal-hal tersulit dalam hidupnya." jelas Daffa pada Azza, tak terasa air mata mengalir diwajahnya.

Penyesalan tidak akan bisa dirubah, penyesalah hanya bisa diiringi dengan air mata. Dulunya kau tertawa, sekarang kau menangis itulah namanya penyesalan. Penyesalan selalu datang diakhir. Ali bin Abi Thalib berkata, 'Aku bukan iri dengan kehidupan orang lain, tapi aku hanya ingin lebih baik dari diriku yang dulu.'

Ahza tidak menerima keputusan dari Abinya, Ahza itu juga anak Abinya jadi wajar kalau ia tau tentang kondisi Abinya karena ia anaknya.

"Abi lebih baik memberitahunya, apa bedanya kalau tidak memberitahunya." jelas Ahza lagi.

Daffa memandang Ahza sejenak anak tertua dalam keluarganya. "Abi bimbang dengan keputusan yang Abi buat sendiri, disatu sisi Abi berpihak padamu disisi lain Abi berpihak pada keputusan yang Abi buat." Jelas Daffa, sambil memandang keatas langit-langit kamar.

Ahza tak habis pikir dengan sikap keras kepala Abinya. Ia juga tau hari-hari yang dilalui Ahza lebih berat dari dirinya.

Fara mengusap punggung tangan Daffa. "Abi benar apa yang dikatakan Azza bahwa Ahza harus tau tentang keadaan Abi." jelas Fara pada Daffa, agar laki-laki itu mengerti.

Daffa memejamkan matanya. Ia sendiri amat rindu dengan Ahza, tapi sekarang ia masih bisa untuk bertahan. "Abi masih kuat, kalian semua harus percaya sama Abi." kata Daffa, tersenyum indah.

Tidak ada yang berani mengangkat bicara lagi, keputusan Daffa sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi.

UNTUKMU ZHAFIRA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang