04. Untukmu Zhafira

27 3 0
                                    


Ahlan Wasahlan, terimakasih telah menemukan ceritaku.

"Biarlah waktu yang menikmati, tapi ingat gunakan waktumu sebaik mungkin."
-Untukmu Zhafira-

Zhafira sedang duduk dibelakang kemudi, siang ini ia akan berangkat kerumah teman kakaknya. Sekitar empat puluh lima menit perjalanan akhirnya Zhafira sampai dipekarangan rumah bercat biru.

"Alhamdulillah sampai." ucap Zhafira.

Sanak keluarga dan teman-temannya sudah berkumpul. Zhafira menghampiri Naura dan Irsyad suaminya, menyalami Naura dan menangkupkan tangan pada Irsyad.

"Ini kak, kado dari kak Zahra beliau berhalangan untuk hadir." ucap Zhafira sopan pada Naura.

"Makasih yah udah datang, kaka kamu tadi juga udah telpon katanya adiknya yang bakal datang." ucap Naura sumringsih.

Zhafira menghampiri box baby berwarna
pastel, yang dihiasi gantungan-gantungan bunga yang berwarna pink.

"Maasya Allah, gemes banget dedenya cantik lagi." ucap Zhafira gemes sambil mengusap pipi gembulnya.

"Silahkan makan-makan dulu Fira, ga usah sungkan apa perlu kaka temanin." kata Naura pada Zhafira.

Zhafira menggelengkan kepalanya. "Tidak usah kak, Fira bisa sendiriku." ucap Zhafira tersenyum manis.

Zhafira berjalan menuju prasmanan seorang diri karena saat ini dia tak mempunyai teman atau kenalan, apalagi banyak rekan-rekan kerja dari Naura dan Irsyad.

"Kamu juga ada disini Fir?" tanya Haikal yang berada disamping Zhafira.

Zhafira memalingkan wajahnya, dirinya sedikit terlonjak kaget. "Loh Kal kamu juga ada disini, jadi ada teman bicara dong." ucap Zhafira tersenyum sumringsih.

Sebenarnya Haikal ingin pergi kedepan untuk mengambil kameranya yang tertinggal di mobil, tapi dia urungkan sebentar untuk menghampiri Zhafira.

"Sepupu aku suaminya yang punya acara ini." jelas Haikal.

"Ya udah Fira, gue mau ambil kamera dulu, maaf ga bisa nemanin." ucap Haikal.

Zhafira menganggukan kepalanya pada Haikal. "Santai aja kali Kal." ucap Zhafira.

Dirinya sedang memilih makanan yang cocok untuk dilidahnya, akhirnya jatuh pada gulai kambing dan secangkir minuman berwarna kuning, Zhafira membawa piring berisikan gulai kambing dan secangkir minuman berwarna kuning menuju meja, yang berada diujung karena sebagian telah penuh.

"Akhirnya Ahza Aqila Paranaya datang juga, gimana kabarnya bro?" tanya Irsyad pada Ahza.

"Alhamdulilah baik Syad." jawab Ahza.

"Ini hadiah untuk anak kamu Syad, barakallah jadi orang tua." ucap Ahza menyerahkan sebuah bingkisan pada Irsyad. Irsyad menyambut bingkisan itu dengan tersenyum sumringsih.

"Thank Za." kata Irsyad.

Daniel dan isterinya menghampiri Irsyad dan Ahza, mereka berempat adalah sahabatan dari bangku SMA sampai kuliah. "Baru datang Niel?" tanya Ahza.

"Tadi mampir disupermarket dulu, makanya duluan kamu yang sampai." kata Daniel.

"Kalian makan dulu, nanti kita ngobrol lagi, ayo makan dulu." ajak Irsyad pada Daniel, Haura dan Ahza.

Daniel dan kedua temanya memilih makanan pada prasmanan.

"Yang aku pengen sate dih." ucap Haura pada Daniel.

"Ambil aja yang suka-suka kamu." kata Daniel sambil mengelus kepala Haura.

"Ekhemm." deham Ahza agar tak canggung.

Gue duluan yah." ucap Ahza.

"Iya Za duluan aja, aku masih mau dit emanin sama Daniel." kata Haura sambil mengambil sate tanpa melihat lawan bicara. Sedangkan Daniel hanya tersenyum pada Ahza sembari mengangguk.

Ahza duduk dihadapan Zhafira karena itulah tempat yang kosong saat ini, karena tempat yang lain sudah penuh.

Tak sengaja mata Ahza melihat Zhafira, tak salah lagi perempuan itu adalah perempuan yang ia temui diimasjid tadi, monolog Ahza, setelah itu ia duduk dihadapan Zhafira tanpa perempuan itu sadari.

Misi Bu." ucap Ahza pada perempuan paruh baya yang duduk disampingnya.

"iya nak." kata Ibu paruh baya itu.

Zhafira yang mendengar suara orang baru datang matanya melihat kedepan.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat laki-laki itu, ia malu karena dirinya menangis dihadapan laki-laki itu.

"Ekhem." deham Ahza untuk mengalihkan rasa groginya ketika perempuan itu melihatnya dengan tatapan kaget.

"Assalamualaikum kita ketemu lagi, apa kabar." kata Ahza.

"Wa'alaikum salam, ba.. ik." Ucap Zhafira sedikit gagap, bagaimana bisa laki-laki itu menyapa dirinya atau mungkin itu sebuah ejekan karena dirinya menangis dihadapan laki-laki itu. Apalagi laki-laki itu tersenyum-tersenyum.

Ahza yang menyadari kalau dirinya senyum-senyum, akhirnya mengubah mimik wajahnya serius.

Zhafira tak mempedulikan laki-laki dihadapanya lagi. Lebih baik ia makan dengan cepat setelah itu pulang.

"Ini Mbak tisu, itu bibirnya belepotan." kata Ahza menyodorkan secarik tisu pada Zhafira yang memandangnya kedepan.

Zhafira mengambil handphone yang berada diatas meja, lalu membuka layar kamera depan, dirinya bercermin pada kamera, teryata benar bibirnya sedikit belepotan, kenapa ia bisa mempermalukan dirinya sendiri. Bukanya mengambil tisu pemberian Ahza, Zhafira mengambil tisunya sendiri dan membersihkan bibirnya.

Ahza menarik kembali uluran tangannya dan makan begitu saja. Sedangkan Zhafira telah menyelesaikan makannya dan pergi begitu saja tanpa pamit pada Ahza. Baru dua langkah dirinya berjalan laki-laki itu tiba-tiba memanggilnya lagi.

Tak sengaja Ahza melihat Handphone Zhafira yang tertinggal maka dari itu ia memanggilnya. "Mbak handphonenya ketinggalan." ucap Ahza.

Sebelum berbalik kebelakang Zhafira menggigit bibir bawahnya dan menepuk jidadnya pelan, mengapa hari ini dirinya bisa seceroboh ini. Zhafira membalikkan badanya lebih kagetnya lagi laki-laki itu satu langkah didepannya. Mungkin karena dirinya terlalu lama untuk berpikir jadinya tidak menyadari laki-laki itu berada dibelakangnya.

Ahza mendekati Zhafira dan menyerahkan benda persegi dengan cast berwarna jingga, disambut oleh Zhafira, setelah itu memasukkannya pada ransel.

"Lain kali jangan ceroboh Mbak, siapa tau tadi bukan saya, bisa jadi hal yang tidak diinginkan bisa tejadi." ucap Ahza tegas dan pergi begitu saja.

Zhafira, hanya menunduk ketika Ahza mengatakan itu. "So jadi super hero." Ucap Zhafira pelan.

Ahza tersenyum smirik ketika mendengar ucapan Zhafira setelah itu melihat jam dipergelangan tangannya dia harus kembali kerumah sakit, sebelum itu ia minta ijin dulu sama Irsyad.

Jazakumullah Kher, terimakasih udah baca, vote and komen.

UNTUKMU ZHAFIRA (Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang