08. Untukmu Zhafira

18 3 0
                                    

Ahlan Wasahlan happy reading

Langit hari ini cerah, Zhafira memutuskan untuk memancing disawah bersama Akram sahabatnya yang jarak rumahnya ga terlalu jauh dari rumahnya.

"Ra, kalau gue merried kita bakal jarang mancing." kata Akram, sambil mengulurkan tali pancingannyha.

Zhafira memandang Akram sambil memandangnya sengit. "Horor Ra." ucap Akram bergidik nyeri.

"Ku mau pada miried sih." kata Zhafira lesu.

Akram meletakkan pancingan, setelah itu menghadap pada Zhafira. "Ya wajar dong Fir, kan aku masih normal." ucap Akram serius.

Zhafira menyeroput pop ice nya. "Siapa juga yang bilang lo ga normal Muhammad Akram Ramadhan." kata Zhafira penuh penekanan.

"Ya.. ya." sahut Akram.

"Eh Fir kalau aku suka sama kaka lo gimana?" tanya Zhafira.

Dahi Zhafira berkerut sejak kapan Akram suka sama Zahra kakaknya, apa karena ini kakanya menolak perjodohan.

"Ya wajar." kata Zhafira santai, sambil memasang umpan pada kawat pancing.

"Maksudnya to cocok ga!" kata Daniel.

"Ya mana aku tau Akram kan kamu yang tentukan." Ucap Zhafira.

"Iya juga sih, kenapa juga tanya ama orang yang bego." kata Akram santai.

"Bercanda buah Fir." Ledik Akram.

"Lebih baik tadi gue ga memenuhi panggilan lo." ucap Zhafira sarkas.

Daniel tetersenyum sumringsih. "Yang sopan kalau ngomong ama calon kakak ipar." Nasehat Akram.

Zhafira tak terlalu ambil pusing dengan ucapan Akram, toh terserah dia juga.

"Baru calon udah bangga." ucap Zhafira sewot.

Akram, Arhab, Dhirgam dan Zahra mereka sahabatan sejak kecil apalagi rumahnya yang satu komplek, tapi sekarang Arhab udah pindah kabupaten.
Masih ingat Arhabkan cinta pertama Zhafira, konon katanya cinta pertama susah untuk dilupakan.

"Minggu depan bakalan jadi Kaka ipar benebaran." ucap Akram.

Kring...
Kring...

Telpon Zhafira berbunyi, tertera umi tercinta sedang she is calling.

"Assalamualaikum umi." ucap Zhafira.

"Wa'alaikum salam." sahut Haliza disebrang telpon.

"Kamu kemasi pakain kakamu, lalu bawa kerumah sakit."

"Ada apa dengan kak Zahra umi."

"Dia harus operasi, karena usus buntu."
Ucap Haliza setelah itu memutuskan sambungannya diakhiri dengan salam.

Zhafira tentu khawatir dengan Zahra.
Dia sosok kaka yang ia punya satu-satunya setelah kepergian Dhirgam.

"Aku duluan yah, soalnya Kak Zahra ingin operasi." pamit Zhafira setengah panik.

Akram tentu terkejut dan mengikuti Zhafira yang telah pergi meninggalkannya dengan mengayuh sepedanya.

"Sama gue aja Fir, perginya entar gue jemput." kata Akram yang mengayuh sepedanya lebih cepat dari Zhafira dan membelokkan begitu saja.

Zhafira geleng-geleng kepala, Akram benar-benar jatuh cinta pada kakanya.

________________________________

Ahza sekarang sedang berada di luar kamar Zahra beserta Haliza dan Khaidir.

"Kita harus melakukan operasi secepatnya, tapi juga harus meminta persetujuan dari pihak pasien." kata Ahza tersenyum ramah.

Khaidir dan Haliza memustuskan untuk operasi. "Lakukan yang terbaik untuk anak saya nak." ucap Khaidir.

Ahza menganggukan kepalanya, ia kenal dekat dengan Haliza dan Khaidir, karena dulu sering datang kerumahnya, tapi ini baru bertemu lagi setelah kesibukan masing-masing.

Zahra menggenggam tangan Haliza erat.

"Umi bilang sama abi jangan paksa Haliza untuk menerima perjodohan ini." ucap Zahra yang meringis menahan sakit.

Haliza menganggukan kepalanya. Masalah perjodohan itu ia akan berunding kembali dengan suaminya.

Zahra sekarang sedang dioperasi diruang IGD.

"Sebelum memulai operasi kita berdoa, sesuai keyakinan kita masing-masing." Ucap Ahza memimpin doa.

"selesai." ucap Ahza.

Daniel mulai menyuntikkan obat bius pada
Zahra, Dokter anestesi merupakan bagian dari tim bedah yang bekerja sama dengan dokter bedah dan perawat. Tindakan yang dilakukan dokter spesialis ini berupa pemberian obat-obatan sedatif dan antinyeri agar pasien tertidur dan tidak merasakan nyeri selama prosedur operasi.

---------------------------------

Operasi berjalan dengan lancar. Zahra telah dipindahakan keruang inap ya tamam 07, dirinya sedang berbaring diatas ranjang pasien.

"Set..." ringis Zahra, ketika menggerakkan badanya, karena bekas jahitan yang masih belum kering menimbulkan rasa sakit.

"Sakit kak?" tanya Zhafira khawatir.

Zahra memutar bola matanya malas. "Engga, ya sakit lah, udah tau kalau orang kesakitan masih aja nanya." ucap Zahra sewot.

Akram sudah pergi 10 menit yang lalu setelah cipika-cipiki dengan Zahra, sedangkan umi dan abinya pergi 5 menit yang lalu. Kini hanya Zhafira dan Zahra yang tersisa dalam ruangan ini.

Dirinya memutuskan untuk pergi kekantin, sekarang sedang mode lapar ditambah teman-teman kakanya datang menjenguk. Lebih baik dirinya pergi kekantin.

"Kak, Zhafira ijin kekantin yah." kata Zhafira pada Zahra.

Zahra mengangguk. "Iya pergi aja kekantin." ucap Zahra.

"Toh kan Za, udah gue ingetin jangan suka makan yang pedas-pedas, apalagi sering makan telat, sekalinya makan diisi dengan yang pedas-pedas." Omel Lala, pada Zahra ditambah dengan suara cemprengnya yang masyaAllah.

Jojo meringis ketika mendengarkan omelan Lala. "Udah terjadi La." ucap Jojo pada Lala.

----------------------------------

Zhafira berjalan dilorong rumah sakit, menuju kantin. Masih banyak orang yang berjalan dilorong, kebanyakan suster yang sedangkan melakukan tugasnya.

"Bu pesan lontong sayurnya satu, sama teh hangatnya." kata Zhafira pada Bu Dian,

"Iya nak, duduk aja dulu nanti di antarkan pada mejannya." ucap Bu Dian pada Zhafira.

Zhafira duduk tak jauh dari stand Bu Dian. Samar-samar ia mendengar suster-suster sedang membicarakan seseorang.

"Eh teryata dokter Ahza udah putus loh sama dokter Anita, baru hari ini tadi."

"Pasti sakit banget ketika diputusin lagi sayang-sayangnya." ucap salah satu suster lagi.

Temanya yang disebelah menyahuti. "Makanya jangan ditinggalin begitu saja, entar diikat orang." timpal temanya.

"Udah kita makan, itu dokter Ahza mau lewat jalan sini." ucap teman satunya lagi.

Lontong sayur Zhafira telah datang, ia makan dengan lahap karena dari tadi ia belum makan ditambah dirinya yang kurang mood. Ia memilih berdiam diri dikantin dengan memesan kembali pop mie, sesekali matanya tertuju pada layar handphone.

UNTUKMU ZHAFIRA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang