“Cinta ibarat menggenggam setangkai bunga mawar. Semakin keras kita menggenggamnya semakin terasa duri yang menusuk.”
♡ Happy Reading ♡
°
°
°
°
♡ Queenara Aurelia ♡🦋Tandai jika ada yg typo
🦋Vote dan coment nya jangan jadi pembaca gelap ya guys.Cuaca hari ini begitu menggambarkan suasana saat ini, awan yang begitu indah menyinari bumi seakan hilang dengan bergantinya awan hitam.
Usai pemakaman Queen dilaksanakan tadi, semua kini berada di kediaman keluarga Queen. Kabut kehilangan begitu terasa di dalam rumah. Sunyi, satu kata untuk suasana rumah ini.
Nyatanya mereka sama-sama diam, mereka semua masih terpukul atas kepergian Queen. Nadilah, Mami Queen sama hal dengan mereka. Tatapan kosong dan tersirat rindu terhadap putri satu-satunya.
Permata mereka sudah kembali kepada sang pencipta, kata iklhas adalah bohong. Mereka hanya mencoba untuk belajar menerima bahwa Putri mereka sudah tak lagi bersama mereka.
Bahkan seribu untaian kata untuk ikhlas pun tak cukup untuk mereka mengikhlaskan kepergian Queen. Jika boleh mereka masih ingin berharap bahwa ini semua adalah sebuah mimpi yang harus mereka bangun dari mimpi buruk itu. Tapi, nyatanya bahwa mereka tak lagi bermimpi hal itu.
Di sisi lain, sahabat-sahabat lainnya sama-sama saling menguatkan bahwa mereka percaya akan takdir Tuhan. Jika memang takdir Queen untuk pergi selamanya, mereka akan mencoba menerima itu semuanya. Biarkan Queen pergi dengan kebahagiaannya.
Alex menatap Nadilah sendu, “Kamu harus terima ini semuanya, biarkan putri kita pergi dengan kebahagiaannya.” ucap Alex sambil merengkuh tubuh rapuh Nadilah.
“Aku mencoba untuk terima itu semuanya, tapi aku masih belum bisa menerima itu semuanya. Mungkin ucapanku bisa menerima, tapi hatiku belum menerima putriku pergi.” lirih Nadilah.
Nadilah menatap kearah jendela rumah, “Aku harap ini semuanya hanyalah mimpi buruk yang aku rasakan, namun mimpi itu terasanya nyata dan, ya memang itu semua nyata. Bukan mimpi yang saat ini terjadi.”
Mereka semua yang berada di depan Nadilah tersenyum lirih, pikiran Nadilah sama halnya dengan mereka. Terlalu berkecamuk di hati.
🦋🦋🦋
Di sisi lain Bara baru mengetahui kabar bahwa Queen sudah tak ada lagi, pikirannya berkecamuk. Memori singkat bak kaset rusak terus di pikiran Bara.
Memori-memori yang selama ini menjadi tanda tanya siapa perempuan yang terus selalu ada di bayangan Bara adalah Queen.
Rasa sakit di kepalanya dibiarkan begitu saja, biarkan memori itu kembali, memori yang selama ini hilang dan sekarang kembali, tapi tidak dengan bayangan di memori Bara kembali. Wanita itu sudah pergi selamanya, pergi menjauh dari dirinya.
Bara menuruni tangga dengan tergesa-gesa, “Ma, Pa.” panggil Bara ketika melihat orang tuanya yang entah akan pergi ke mana.
“Mama, sama Papa mau ke mana?” tanya Bara.
Kedua orangtuanya Saling menatap satu sama lain, “Kami ingin berkunjung ke rumah Nadilah dan Alex untuk berbelasungkawa atas kepergian putri mereka.” ucap Bram.
“Aku ikut, Bara mau minta maaf sama Tante Nadilah dan om Alex karena udah nyakitin anak kesayangan mereka.” Bara menatap sendu kedua orangtuanya. Terlalu banyak luka yang sudah dia torehkan untuk perempuan yang dia cintai.
Astrid langsung lari memeluk putranya, “Kamu ingat semuanya?” tanya Astrid pelan.
Bara menganggukan kepalanya, “Ya, Bara ingat semuanya. Maaf, sudah buat Queen kaya gini karena Bara." lirih Bara.
“Kenapa Bara harus ingat semuanya ketika Queen udah nggak ada, Ma? Bara gagal jaga Queen, Bara terlalu banyak nyakitin hati Queen sampai dia capek dengan cara dia pergi ninggalin Bara.” Astrid merengkuh tubuh Bara.
“Mau berusaha tetep minta Queen kembali pun tidak akan pernah terjadi, terlalu banyak luka yang dia pendam selama ini. Berapa banyak lagi jika harus tetep bertahan? Akan seperti apa lagi luka itu untuk tetep tak terlihat?” ucap Bram mendekati Astrid dan Bara.
“Mungkin ini penyesalan yang harus kamu terima, biarkan dia pergi dengan kebahagiaannya. Biarkan dia menjadi edelweis dengan kebahagiaan yang abadi. Biarkan Queen pergi dengan membawa cinta dan kebahagiaan itu sendiri.” ucap Bram memberi semangat untuk anaknya.
Perpisahan selalu mengajarkan kita untuk menghargai, bahwa setiap detik bersama orang yang kita cintai adalah anugerah yang tidak boleh kita sia-siakan.
Bahkan Moria Rogers pernah membuat Quotes yang isinya seperti ini “Dua hal tersulit untuk dikatakan dalam hidup adalah halo untuk pertama kalinya dan selamat tinggal untuk yang terakhir.”
Ya ucapan selamat tinggal kini hanya bisa di lakukan, untuk sekedar halo saja rasanya tak mungkin.
"Tuhan mengizinkan kita untuk mengalami titik-titik terendah dalam hidup untuk mengajari kita pelajaran yang tidak dapat kita pelajari dengan cara lain." (C.S. Lewis)
Biarkan dia pergi dengan kebahagiaannya, coba terima bahwa dia tak lagi bersama kita. Biarkan dia abadi dengan cinta yang dia bawa, selamat jalan Queenara Aurelia Alexander.
♡ Queenara Aurelia ♡
Halo semuanya, minal aidzin wal faizin ya, selamat merayakan hari kemenangan kalian. Maaf jika ada kata-kata yang aku tulis kurang berkenan di hati, dan terima kasih untuk kalian yang sudah baca cerita ini.
Terima kasih atas vote, Coment dan share dari kalian untuk cerita ini. Terima kasih atas 6,02k pembaca, maaf klo kemarin-kemarin belum sempet up, sekali lagi maaf ya guys.
Semoga part ini puas ya, di hati kalian. Maaf juga part nya pendek, aku juga nggak tau biasanya aku nulis sampai 2000 kata ini kurang dari itu.
Btw cerita ini tinggal 6/8 bab lagi akan selesai, maaf jika nanti endingnya tidak sesuai ekspektasi kalian. Aku harap tetep vote, coment dan share ya cerita ini. Clue endingnya happy kok, tapi kita liat nanti guys🤗
Terima kasih semuanya, See you di next part selanjutnya xixixi. Selamat berlebaran di keluarga kalian semoga thrnya bnyak ya😂
Vote 15 coment 25 lanjut nggak nih?
Nadia Lestari
Jakarta, 25 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenara Aurelia
Teen FictionJudul sebelumnya : Akhir Dari Sebuah Penantian "Terlalu sakit untuk dijelaskan. Terlalu rumit untuk diungkapkan." Nyatanya kisah mereka tak seindah apa yang mereka harapkan. Lalu apa yang akan mereka lakukan nanti nya? Cerita ini dimulai kembali den...