4. Dia datang membawa luka

167 67 1
                                    

Jam Olahraga adalah jam yang ditunggu-tunggu oleh para siswa selain jam pulang sekolah. Walau panas-panasan dan membuat badan berkeringat, itu jauh lebih baik dari pada di kelas dimana mereka harus memutar otak mereka untuk memahami materi.


Satu hal yang paling menyenangkan ialah ketika guru tidak hadir dengan itu mereka bisa melakukan hal bebas. Contohnya sekarang setelah melakukan pemanasan kelas 11 IPS 2 memutuskan untuk bermain lempar bola dengan membentuk beberapa kelompok.

Semua anak berlari kesana kemari untuk menghindari bola, terlihat sangat lelah namun mereka tertawa dengan lepas. Berbeda dengan Zitha yang berdiri di pinggir lapangan, dia hanya mampu memerhatikan saja.

"Zitha woyy! Tangkep bolanya!" tampa ada kesiapan Baim melemparkan bola ke arahnya. Tentu Zitha langsung waspada.

Apa yang ia lakukan? Menangkap bola? Tidak. Zitha lebih bersiap untuk melindungi wajahnya dari hantaman bola itu. Yang anehnya tak kunjung mendarat mengenainya. Membuka matanya yang tadi ia pejamkan untuk melihat apa yang terjadi.

Pantas saja tidak mengenainya ternyata bola itu ditangkap oleh Rafa.

Rafa melemparkan bola itu ke arah Baim kembali, "Jangan asal lempar, g*blok!"

Melihat bola sudah ditangan Baim--Rafa langsung membalikkan badannya. "Kalau lagi main itu fokus, lo ga tau kapan lawan nyerang lo!" katanya langsung pergi ke tempatnya kembali.

Dahi Zitha mengkerut, "Siapa yang main coba?"

Untuk menghindari hal tadi terjadi lagi, Zitha lebih memilih untuk menonton di tangga bawah pohon saja.

Menghela napas panjang, kedua tangannya menompang dagunya. "Andai gue bisa main."

"Woyy!! Malah duduk, bantuin kita lah!"

Teriak Dara dari lapangan yang tentunya tertuju padanya, "Gue lagi PMS... maless!!" jawab Zitha dengan berteriak juga.

Dara berdecak kesal karena kelompoknya kurang anggota dan pertahannya semakin lemah. Selain kelompok Dara ada lagi kelompok Raya yang sama halnya kekurangan satu anggota.

"Aishh! Si Tasya juga kemana sih, ke toilet kok lama!" sama halnya dengan Dara, Raya pun terlihat kesal.

Mendengar nama Tasya, Zitha baru sadar jika temannya itu belum kembali, "Wah iya-yah tuh anak belum balik juga... pasti ini mah dia bolos ke UKS!" pikirnya, lalu berniat untuk menyusul Tasya.

Zitha pergi ke UKS seperti perkiraannya, namun ketika tiba disana ia tidak melihat keberadaan Tasya. Setelah memeriksa disana Zitha pun langsung bergegas ke tempat lain yang biasa Tasya kunjungi.

"Hadeuuh... si Tasya kemana sih perginya?"

Mengeluarkan ponsel dari saku celananya dia pun mencoba untuk menghubungi Tasya, namun sebelum itu ia urungkan sejenak saat mendengar namanya dipanggil dari arah belakang.

"Zitha!"

Ia pun langsung berbalik badan untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata itu adalah Sakara.

"Lo liat Tasya?" tanyanya.

"Buat apa lo cari Tasya?" bertanya seperti itu karena Zitha sedikit heran ketika Sakara tiba-tiba menanyakan soal Tasya.

"Tinggal jawab Tasya dimana, malah balik tanya!"

"Ck! Biasa aja dong ga usah nyolot gituh. Gue ga tau dia dimana, ini aja gue lagi cari dia!"

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang