39. Semuanya terungkap

44 5 0
                                    

annyeong💐

*
*

"Aku pikir, aku lah orang yang paling mengenalnya. Namun, ternyata salah. Aku sama sekali tidak pernah mengenalnya dengan baik."

= Tasya Adeeva =

*
*

Happy Reading

Untung saja Farel membawa kotak obat, jadi bisa digunakan dalam kondisi darurat seperti ini.

Dengan telaten Shireen mengobati telapak tangan Raka yang tersayat pisau, untungnya luka itu tidak perlu sampai di jahit.

Selagi yang lain membantu Raka, Zitha membawa Tasya pergi tidak jauh dari tempat kemah mereka untuk berbicara berdua.

"Lo keterlaluan, Sya!" Kesal Zitha. Dia masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi, terkejut tercampur kesal.

"Bukan salah gue, dia-nya aja yang tolol, kenapa harus dilakuin coba. Gue kan ga serius!" Elak Tasya, membuat Zitha semakin kesal.

"Candaan lo ga lucu, sumpah. Kak Rak--"

"Stop, udah cukup, Zitha. Gue heran kenapa lo lebih memihak ke dia. Inget lo itu baru kenal dia, lo ga tau apa-apa. Berhenti sebut nama dia, gue benci itu!" Tasya pergi menjauh dari are kemah, keadaan sedang tidak baik-baik saja, dia tidak ingin bertengkar dengan Zitha mau pun yang lainnya.

"Lo terlalu terbuai dengan kebencian, Sya. Lo harus sadar, lo harus buka mata lo. Kak Raka ga seperti yang lo pikirkan, Tasya!!" Teriak Zitha agar gadis itu dapat mendengarnya, namun terlihat Tasya mengabaikan dengan cara terus berjalan menjauh.

Liburan berujung bencana, ini bukan rencana Zitha. Dia ingin mendekati Tasya dengan Raka kembali, tetap suasana semakin tidak baik.

"Gue bilang apa, kehadiran dia cuman buat suasana hancur aja, susah banget di bilangin," suara itu terdengar dari belakang.

Zitha menoleh. Entah sedari kapan, Rafael berada di belakangnya.

"Padahal dia kakak lo, kenapa lo segituhnya sih sama dia?"

Rafael tertawa hambar, "Jangan sampai lo bilang kaya gituh di depan orang lain. Karena gue ga sudi, orang-orang tau, kalau gue adik dia!"

"Lo juga sama aja. Pusing gue, minggir!" Zitha mendorong Rafael agar menyingkir dari jalannya.

Gadis itu pergi ke tempat kemah dan Rafael masih diam di tempatnya. Dia sedang memutuskan untuk kembali atau menyusul Tasya.

"Tasya kemana?" Tanya Julva langsung ketika Zitha kembali.

Zitha mengangkat kedua bahunya dengan acuh dia melanjutkan langkahnya menghampiri Raka.

"Aish! Mau liburan jadi trategis gini dah. Lo tuh ngapain sayat tangan lo dah? Mau tes tuh pisau tajem atau engga? Goblok banget, lo kan bisa langsung potong buahnya, nyet!" Cemoh David sembari mengacak rambutnya. Karena kejadian tadi mereka mendapatkan teguran. Sebab itu juga, benda-benda tajam yang mereka bawa harus di sita oleh pemilik tempat untuk sementara agar tidak ada lagi kejadian yang tidak di enakan dan bisa mengganggu pengunjung lain.

Zitha mengambil alih untuk memakaikan perban ke tangan Raka. "Sory ini salah gue," ucapnya dengan suara kecil supaya hanya Raka saja yang dapat mendengarnya.

"Gue cuman mau buktiin, kalau gue bener-bener merasa bersalah," ucap Raka.

"Tapi ga sampe lo luka in diri lo juga, Kak."

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang