44. Jangan berjuang sendiri

40 5 0
                                    

Annyeong 💝

*
*

"Jangan menyerah, kita berjuang bersama-sama"

= Rafael Sky Sundara =

*
*
Happy Reading

"Kemana?"

Pertanyaan itu menghentikan langkah Rafael, ia membalikkan badannya. Melirik kepada orang yang bertanya, sekilas.

Dirinya tersenyum menyeringai, mendengar pertanyaan itu di rumah ini membuat Rafael sedikit geli. Yah, itu hanya pertanyaan sederhana, namun, baginya itu terasa sangat asing jika mendengarnya di rumah ini.

Rumah yang dimana orang-orang nya tidak memperdulikan keberadaannya, tidak ada yang perduli dirinya melakukan apa. Tapi, sekarang mendadak mendengar pertanyaan itu membuat bulu kuduk nya merinding. Terlebih lagi itu dari kakaknya.

"Inget, Papa udah larang lo pergi hari ini!" suara itu kembali terdengar, Raka melangkah menuju ruang TV sembari membawa secangkir es kopi di tangannya.

"Menurut lo gue akan tetep di rumah?" tanyanya sembari menatap sang lawan bicara yang pasti sudah mengetahui jawabannya apa, "Uuh~~ entah kenapa gue lebih nyaman di luar dari pada di rumah sendiri," ucapnya kembali dengan raut wajah yang tidak bisa di gambarkan.

"Apa karena, sumber kehidupan di rumah ini udah pergi?" alisnya diangkat satu, lalu dia terkekeh kecil.

Raka menatap tanpa ekspresi, "lebih baik lo pulang sebelum Papa pulang." katanya, setelah itu dia memalingkan wajahnya ke layar TV yang menampilkan acara membosankan.

"Gue ada urusan sampai larut malem nanti," Rafael melirik jam tangannya, "mungkin gue balik besok atau gue ga akan balik lagi ke rumah ini." setelah mengatakan itu Rafael langsung berbalik badan dan pergi dari rumah itu dengan langkah cepat.

🍁🍁🍁

"Rafael kampret! Ngapain sih lo datang ke rumah gue pagi-pagi. Ini hari libur loh, ganggu gue tidur aja!" gadis itu mengatakan dengan wajah bangun tidur, lihatlah penampilannya sekarang terlihat seperti singa.

"Matamu pagi! Ini udah siang dodol!" sakras Rafael sembari menggelengkan kepalanya tidak hambis pikir dengan anak gadis rumah ini yang baru bangun saat matahari sudah di atas kepala.

Zitha menggaruk kepalanya, dia melirik kepada jam yang ada di dinding. Benar saja sekarang sudah pukul 12 lewat. Uhh, ini karena dia baru tertidur tadi subuh.

"Hmm...terus ngapain lo kesini?"

Rafael menghela napasnya, "gereget banget dah gue sama lo. Zitha lo tuh..... Argghh!" bahkan ingin mengatakan apa yang dia pikir saja Rafael tidak bisa. "Bisakan lo rubah kebiasan buruk lo? Kalao lo gini terus, bergadang sampe pagi, makan ga teratur, kondisi lo bakal tam--"

"Sssst!! Ga usah buat gue terlihat menyedihkan. Gue gapapa, gue sehat, lihat ini gue masih duduk di depan lo, bicara sama lo, bahkan gue masih bisa kayang!"

Rafael menundukkan kepalanya sejenak, "Bokap, nyokap lo mana?" tanya Rafael mengalihkan pembicaraan. Beberapa hari ini dia sering kali berkunjung ke rumah ini, sekedar ingin mengetahui apa yang sedang gadis nakal ini lakukan. Tetapi dia tidak pernah melihat keberadaan kedua orang tua Zitha, rumah ini terlihat tidak jauh berbeda dengan rumahnya. Sedikit suram.

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang