Hai.. Haiii...
Apa kabar sadayana?!!
Mumpung ada waktu luang, jadi aku mau update...!!
Walau pembaca and vote belum mencapai target, ya sudah lah...semoga semakin bertambah kedepannya supaya sampai ke target yang aku inginkan.
Kalau di tanya kenapa kaka ga nunggu sampai target ke capai aja??
Jawabannya, sebenernya tuh aku pengen cepet-cepet tamatin cerita ini, gitu lohh.
Mumpung masih ke pegang alias belum disibukkan sama kehidupan realita hehehe.
Oh yah, aku masih terima kritikan evaluasi yahh...
Soalnya aku juga masih belajar untuk menjadi penulis yang baik dan benar...
Tapi inget yahh, kritikan untuk di buat evaluasi bukan HUJATAN!!!
Kalau itu sory gaa di anggep hehehe
Udah lah gituh aja, panjang bener yehh
*
*
*𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 rᥱᥲძіᥒg
❏❏❏
"Selamat sore, tante!" sapa Zitha dengan sopan saat pintu di buka oleh Riana, bundanya Tasya.Riana tersenyum hangat pada teman-teman putrinya yang datang. Hari ini, Tasya sudah di perbolehkan pulang. Tiga jam lalu mereka baru saja kembali ke rumah.
Mendengar kabar itu, Zitha, Julva, Rafa dan juga Sakara memutuskan untuk datang ke rumah Tasya setelah sekolah.
Setelah bersalaman kepada Riana, mereka langsung di persilahkan masuk ke dalam.
"Silahkan duduk, kalian pasti haus kan. Tante ambil minum dulu," ujar Riana sembari beranjak ke arah dapur.
Mereka duduk di sofa sembari menunggu Riana. Zitha dan Julva sudah mencuri-curi pandang ke arah kamar Tasya.
"Silahkan di minum yah," Riana datang bersama satu pembantu membawakan air minum dan beberapa makanan ringan untuk ia sajikan.
"Terimakasih, tante, maaf ngeropetin." ujar Julva sembari membantu Riana untuk menyajikan minumannya.
Riana mengangguk kecil, "Kalian baru aja pulang sekolah, pasti cape, jadi istirahat dulu yah. Tasya juga lagi istirahat di atas."
Mereka berempat mengangguk bersama. "Tante, gimana keadaan Tasya. Apa dia udah mau bicara?" tanya Zitha dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Riana.
Riana menggeleng kecil, "Tasya masih enggan buat bicara. Tapi, alhamdulillah...Tasya sudah mau merespon walau dengan anggukan aja."
"Nggapapa tante. Kami yakin, sebentar lagi Tasya seger kembali normal," ucapan Julva di setujui oleh yang lainnya.
"Ya sudah, tante mau periksa Tasya dulu yah. Pasti dia seneng kalian dateng!" setelah mengatakan itu Riana langsung beranjak ke kamar putrinya.
Setelah kepergian Riana, Rafa mulai berbicara. "Gue minta, jangan dulu bahas soal masalah di sekolah tadi yah. Kita tunggu sampe Tasya pulih." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship of the Heart (Tamat)
Roman pour AdolescentsFriendship of the Heart adalah kisah persahabatan yang terguncang oleh persaingan cinta dan kebencian. Mereka terjebak dalam serangkaian kesalahpahaman yang begituh rumit. Konflik dan pengkhianatan menghancurkan kepercayaan mereka. Akan kah semua...