12. Rahasia yang aku pendam

103 48 2
                                    

Annyeong 💐

*
*

ɦǟքքʏ ꭈׁׅꫀׁׅܻ݊ɑׁׅժׁׅ݊ꪱׁׁׁׅׅׅ݊ꪀᧁׁ

J

am sudah menunjukkan pukul 06.38 dimana 2 menit lagi gerbang akan segera ditutup. Dengan secepat kilat Zitha berlari dari halte Bis menuju gerbang sekolah yang jaraknya jika dia berjalan biasa menghabiskan waktu lima menit. Namun sekarang dia hanya memiliki waktu dua menit saja, maka dari itu dia lari sebisanya.

"BAPAKK TUNGGU!!!" teriak Zitha saat gerbang sudah di depan matanya.

Sedetik saja Zitha telat maka yang terjadi dia harus menghadap kepada Bu Yuyun selaku guru kedisiplinan.

Zitha mungkin saja lolos dari guru kedisiplinan namun dia tidak yakin akan selamat dengan kondisinya. Tiba-tiba saja, dada sebelah kirinya terasa sangat nyeri. Tangan kanannya menyentuh dadanya yang terasa nyeri.

"Gue mohon jangan!"

"Hey, kamu!! Cepat masuk, tidak dengar bel sudah berbunyi!!" perintah itu diarahkan untuknya. Zitha melangkah dengan sepoyongan karena tidak dapat menahan rasa sakitnya lagi dia langsung jatuh terduduk.

Pak Juna yang baru saja datang melihat Zitha terjatuh langsung menghampirinya.

"Astaga, kamu kenapa Zitha?"

Zitha mengangkat kepalanya perlahan, matanya tidak bisa melihat jelas Pak Juna mau pun orang-orang yang ada di sekelilingnya. Rasa nyeri itu merambat ke kepalanya, membuatnya terasa pusing.

"Zitha? Lo bisa denger gue?" kepalanya menoleh ke sebelah kanan dimana Sakara datang dengan ekspresi yang panik.

Mulutnya ingin mengakatan sesuatu namun dia tidak menahan lagi rasa sakit itu hingga sedetik kemudian kesadarannya langsung hilang.

*
*
*

Di sisi lain, kelas 11 IPS 2. Dimana Tasya dan Julva kebingungan karena Zitha belum saja datang. Padahal tadi gadis itu sudah mengirim pesan jika dia sudah sampai di sekolah. Apa Zitha terkena hukuman?

"Ya elah tuh anak, susah banget di telepon!" menaruh asal ponselnya karena kesal Zitha tidak bisa di hubungi.

Julva yang sedang membaca buku pun melirik sebentar pada Tasya, "Mungkin kejebak di gerbang, tunggu aja sebentar"

Menghela napasnya Tasya pun memilih duduk di mejanya Zitha. Matanya menatap ke jendela yang menampakkan langit yang berawan. Entah mengapa perasaan tiba-tiba menjadi tidak enak.

"Tasya, Ada yang cariin lo tuh!" sahut Raya dari arah pintu.

Tasya langsung menoleh kepada Raya yang ada di meja guru "Siapa?" tanyanya.

"Kak David sama kak Farel" jawab Raya.

Mengangkat sebelah alisnya lalu dia beranjak keluar kelas. Pasti kedatangan kedua cowo itu tidak jauh-jauh dari soal kemarin.

"Apa lagi? Jawaban gue masih sama" ucap Tasya setelah berada di hadapan mereka.

"Gue dateng bukan mau bahas itu" ucap David. "Sory kalau gue maksa banget kemarin, sekarang lo bisa tenang gue ga akan nuntut lo lagi. Karena gue sama yang lain udah ikhlas kalau ga ikut tanding" lanjutnya.

Mendengar itu membuat Tasya sedikit tidak enak hati, namun mau bagaimana lagi dia tidak akan bisa. "T-terus?"

"Gue puny---"

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang