Annyeong 💐
*
*"Jangan mengucapkan selamat tinggal, masih ada hari esok. Katakan lah sampai jumpa, kita pasti bertemu kembali."
= Tasya Adeeva =
*
*ɦǟքքʏ ɾҽαժíղց
Setelah kepergian Rafael, rumah kembali sepi. Hanya ada dirinya saja, Zitha kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Setelahnya, dia duduk di balkon kamarnya, membaca buku dengan di temani susu coklat.Ada beberapa menit Zitha dalam keheningan, tak lama terdengar suara deringan ponsel yang membuyarkan haluannya. Ia melirik pada meja kecil yang ada di sampingnya.
Ponselnya menyala dapat ia lihat nama Sakara tertera disana. Tidak ada minat untuk menjawabnya, Zitha mengabaikan panggilan itu.
Dan sepertinya cowo itu pun tidak menyerah dia terus saja meneleponnya walau di abaikan. Berdecak kesal, Zitha meraih ponselnya. Sepertinya dia harus memblokir kontak cowo itu.
Tetapi baru saja akan mengklik tombol blokir, Zitha terhenti sejenak saat membaca pesan masuk dari Sakara.
Sakara kampret
: Gue ada di depan rumah lo!Langsung saja Zitha langsung melihat kebawah untuk memeriksanya.
Sakara kampret
: bercanda gue masih di jalan."Kampret! Emang cowo kampret!" rasanya ingin sekali Zitha melemparkan ponselnya sekarang ke wajah Sakara. Bisa-bisanya dia kelabui.
Menaruh ponselnya dengan kasar di meja, dia tidak perduli dengan cowo itu. Dia sangat kesal.
"Bii!! Bibi!!" teriak Zitha hingga pelayan dari dapur keluar.
"Iya non?"
"Kalau ada yang datang bilang, di rumah ga ada siapa-siapa. Kalau bisa sih pasang spanduk segede mungkin kalau yang namanya Sakara di larangan masuk!"
Pelayan itu menampilkan raut heran dengan permintaan anak majikannya itu.
"Kenapa atuh non?"
"Pasang aja, Bi. Saya alergi sama orang itu, kasih tau juga satpam di depan. Nanti saya kasih fotonya!" setelah mengatakan itu Zitha kembali masuk ke dalam kamarnya.
Dia duduk di tepi ranjang, melirik pada ponselnya yang kembali berdering, "jangan harap gue angkat, dasar kampret!" umpat nya sembari mematikan ponselnya.
🍁🍁🍁
Malam pun tiba. Setelah menjemput Tasya sekarang Rafael menjemput Julva. Untuk Farel dan Shireen katanya mereka akan datang langsung ke tempat acara.
"Lo berdua ga akan nyesel dateng kesana. Gue denger ada artis juga, pasti rame!" Rafael sembari melirik ke arah kaca untuk melihat kedua gadis itu yang duduk di belakang.
"Namanya juga acara pasti rame!" imbuh Tasya yang tidak terlalu tertarik. Dia ikut juga terpaksa karena Julva memintanya.
"Artisnya siapa?" tanya Julva.
Rafael tersenyum kecil karena Julva antusias mendengarnya, "ga akan special kalau gue kasih tau...gue jamin lo ngidolain dia."
"Oh yah? Ga sabar banget kalau gituh!"
Rafael menganggukkan kepalanya kecil, ia melirik sekilas pada Tasya yang mengalihkan wajahnya ke luar jendela.
"Raka ga akan dateng, lo tenang aja." ujarnya seperti menjawab kekhawatiran Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship of the Heart (Tamat)
Ficção AdolescenteFriendship of the Heart adalah kisah persahabatan yang terguncang oleh persaingan cinta dan kebencian. Mereka terjebak dalam serangkaian kesalahpahaman yang begituh rumit. Konflik dan pengkhianatan menghancurkan kepercayaan mereka. Akan kah semua...