13. Mendadak berubah

107 50 4
                                    

Annyeong💐

*
*
𝗛𝗮𝗽𝗽𝘆 ɾҽαժíղց

"Gue yang sakit kenapa lo yang nangis dah?" kekeh Zitha sembari menepuk pundak Tasya yang sedang menangis dalam pelukannya.

Tasya melepaskan pelukannya, menyekat air matanya sebelum dia berbicara.

"Lo bikin gue takut!"

"Sory, udah buat lo takut. Gue beneran gapapa kok"

Walau pun sehari-hari Tasya dan Zitha sering kali ribut. Tetap saja kenyataannya mereka saling menyayangi satu sama lain.

"Apa kabar kalau lo tau yang sebenarnya Sya? Apa lo bisa menerimanya?"

Tasya merapihkan rambut Zitha yang tergerai, "Lo jangan sakit, bentar lagi kan kita mau camping, kalau lo ga ikut ga akan seru nanti!"

"Ga akan lah! Acara itu kan yang gue nanti-nanti selama setahun ini. Ga mungkin gue lewatin!" jawab Zitha.

Tasya mengangguk, "Makanya jangan telat makan, terus jaga kesehatan lo, okey?" Zitha pun mengangguk untuk meresponnya

Terdengar suara pintu terbuka membuat ketiga gadis yang ada di ruangan itu teralihkan "Lo udah boleh balik kata dokter" ucap Sakara.

Zitha tersenyum senang karena dia tidak perlu menginap. Sejujurnya Zitha tidak suka dengan rumah sakit apa lagi aroma obat-obatan yang menyengat.

"Walau lo jutek, dingin, nyebelin terus galak. Ternyata lo baik juga yah, makasih yah udah tolongin dan temenin sahabat gue" ucap Tasya kepada Sakara.

Sakara mengangguk sikat saja lalu dia berjalan ke brankar untuk membantu Zitha turun dan bukan itu saja, Sakara selalu berdiri disamping Zitha sampai mereka di parkiran.

Melihat gerak-gerik Sakara yang aneh membuat Tasya mengkerutkan keningnya. Padahal Zitha hanya sakit perut saja mengapa prilaku Sakara seakan-akan Zitha sakit yang lebih serius. Itu yang Tasya pikirkan.

"Sejak kapan lo bawa mobil?" Tanya Zitha karena ia pikir mereka akan naik Taksi. Karena saat mengantar Zitha tadi pun menggunakan Taksi. Lalu dari mana mobil itu?

"Wooww! Jadi lo izin keluar tuh buat ngambil nih mobil?" ucap Tasya dengan wajah dibuat pura-pura terkejut "Demi apa sih, lo se-effort ini buat anterin Zitha pulang!"

Sakara menghiraukan ucapan Tasya, dia memilih untuk masuk ke dalam mobil lebih dahulu, sebelum itu dia berkata "Gue bukan Driver Taksi. Lo duduk di depan" henti Sakara saat Zitha akan membuka pintu belakang.

Tasya sudah senyum-senyum sendiri sembari menyenggol lengan Zitha. "Menurut gue Sakara ketempelan hantu di rumah sakit ini deh"


🍁🍁🍁


Hari telah berganti, Zitha pun sudah kembali ke aktivitasnya. Memang hari sudah berganti namun sikap Sakara masih saja sama.

Apa itu karena sudah mengetahui penyakitnya atau karena perkataan Tasya yang menganggap jika Sakara itu ketempelan hantu di rumah sakit makanya sikapnya sangat berbeda.

"Nih sarapan! Jangan sampe lo pingsan lagi karena belum makan!" satu kotak makan tersaji di hadapannya.

"Oh, lo kemarin pingsan karena belum makan? Ck! Ck! Ck! Makanya jangan begadang jadi kesiangan kan lo!" seru Rafa yang duduk di meja sebelah.

"Dih! kaya situh ga pernah aja!" balas Zitha.

"Tapi gue mah kaga pingsan!"

"Sory ga nanyak!"

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang