16. Jangan terlalu Dingin

81 42 1
                                    

Annyeong💐

*
*
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗶𝗻𝗴

"Lo itu disuruh cari kayu bakar, malah pulang-pulang bawa Tupai!" Protes Rafa kepada Zitha yang sedang asik mengelus-ngelus Tupai yang ia temukan di dalam hutan tadi saat mencari kayu bakar.

Mereka ditugaskan untuk mencari kayu bakar masing-masing per-anggotanya. Namun, saat Zitha kembali bukannya membawa kayu dia malah membawa seekor tupai yang katanya sedang terluka dan dia merasa iba pada seekor Tupai itu.

"Gue ga setega itu yah ninggalin Tupai lucu terluka sendirian" sahut Zitha.

"Yayaya lo boleh perduli sama Tupai tapi jangan lo abain tugas lo... Kita kekurangan kayu bakar nih.... Lo mau kedinginan semaleman?" omel Rafa karena anak-anak lain pun membawanya hanya sedikit saja.

"Huu! Dasar Zitha!" ledek Tasya.

"Diem lo! Lo juga sama aja... Suruh cari kayu kok yang dibawa ranting!" cibir Rafa yang entah mengapa menjadi sensi saat ini.

Zitha langsung tertawa melihat raut Tasya yang langsung di tekuk.

"Ini cukupkan?" celetuk Julva datang dengan setumpuk kayu yang dia bawa.

Zitha dan Tasya melihatnya langsung kagum "Woww! Temen gue emang!" ucap Tasya yang bangga pada Julva.

"Temen gue sih!" sambung Zitha.

"Dih! Emang lo mau teman sama mereka Jul?" tanya Raya membuat kedua gadis itu menatap tajam pada Raya.

Julva tak menyaut apa-apa, merasa tugasnya sudah selesai dia langsung pergi lagi ke tendanya.

Yah, begituh lah Julva. Dia lebih suka menyendiri dan menjauhi keramaian.

"Udah yeh, ga usah marah-marah lagi... Nanti masih muda udah ubanan tau rasa lo!" sungut Zitha.

"Bacot!" Rafa dan beberapa anak lainnya mengangkat kayu-kayu yang telah mereka dapatkan.

Untuk malam ini mereka di tugasnya untuk membuat api unggun per-kelas lebih dahulu untuk menghangatkan diri dikala malam yang sangat dingin.

Jika membuat api unggun satu saja itu tidak akan cukup karena jika diingat peserta kemah sangatlah banyak.

"Ada yang bawa obat ga?" tanya Zitha yang ingin mengobati luka Tupainya.

"Ke tenda kesehatan aja sonoh" suruh Tasya dan Zitha pun mengangguk.

"Sebentar yah, gue obatin luka lo...abis itu gue bebasin lo lagi" Zitha berbicara pada Tupai di sepanjang jalannya menuju tenda kesehatan.

Tiba disana ia hanya melihat keberadaan Raka saja, dia pun langsung menghampiri cowo itu yang sedang merapihkan alat-alat kesehatan.

"Kak Raka!" panggilnyaa membuat cowo itu menoleh.

"Boleh minta obat merahnya? Gue mau obatin Tupai" pintanya.

Raka mengangguk kecil lalu meberikan kotak obat kepada Zitha. Dia menerimanya lalu duduk di kursi yang ada disana.

"Ututu...pasti sakit yah?" Tupai itu sedikit memberontak membuat Zitha kesulitan mengobatinya. "Tahan sebentar... Kalau ga di obatin lukanya pasti infeksi nanti" yang namanya hewan mau berkata apa pun padanya pasti tidak akan di mengerti, Tupai itu terus saja memberontak sampai mencakar tangan Zitha membuatnya langsung meringis kesakitan.

Karena refleks ingin mengibaskan tangannya, Tupai itu hampir saja terlepas kalau tidak ditangkap cepat oleh Raka.

"Lo ngobatin lukanya, tapi dia buat lo terluka" ucap Cowo itu sembari mengelus Tupai itu agar kembali tenang.

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang