6. Kesabaran sebening air

138 61 2
                                    

"Ga salah nunjuk gue, si Tasya emang pantes jadi kapten basket putri," David ketua basket putra itu menatap bangga pada Tasya.


"Siapa dulu dong yang ngelatihnya, guee!!" cowo yang ada di sampingnya tidak mau kalah, dia adalah Farel, cowo yang membawa Tasya ke dunia basket.

David melirik pada temannya itu, "Iyaa... tapi anehnya jagoan si Tasya ketiban lo---ga kebalik apa?"

Farel berdecak kesal, "Sialan lo!"

Akmal yang berdiri di samping David menepuk pundaknya, "Eh! Lo liat tuh cowo dah!" katanya dengan bibirnya menunjuk seorang siswa yang ada di bawah pohon.

Farel dan Davit mengikuti arah tunjuk Akmal. "Itu anak pindahan yang di omongin anak-anak 'kan?" lanjut Akmal.

David menyipitkan matanya "Yang katanya kulkul gituh 'kan orangnya?"

"Gue denger-denger dari anak kelasnya, tuh cowo sering ngehindar kalau ada yang mau coba deketin dia. Jadi mulai dari itu ga ada yang berani coba deketin, terakhir ada langsung di usir, njir!" jelas Akmal si cowo paling update tentang berita sekolah.

"Husnudzon aja mungkin penyakitan.." ucap David sembarang.

"Tolol!" jitak Farel ke kepala David yang berbicara sembarangan. Husnudzon apaan seperti itu!

"Belum ada yang jadi temennya---gue tantangin lo berdua kalau bisa jadi temen tuh cowo, gue traktir lo berdua selama seminggu sepuasnya!" ucap Akmal membuat kedua cowo itu langsung tertarik.

"Beneran yah lo! awas lo boong gue penggal kepala lo!" ancam Farel.

"Ck! Ga percayaan amat, gue mah kapan boongnya---'kan gue tuh selalu jujur dan amanah!"

Davit dan Farel saling menatap sesaat lalu mengangguk bersamaan. "Oke. Siapa takut!"

Dengan penuh kepercaya dirian, David merangkul Farel menghampiri siswa yang ada dia bawah pohon itu yang tidak lain adalah Raka.

"Lo suka sama si Tasya?" celetuk Farel membuat Raka langsung menoleh ke sampingnya. Ia tidak sadar kapan kedua cowo itu sudah ada di samping kanan dan kiri.

"Iya sih, siapa juga yang ga suka sama tuh cewe. Udah cantik, pemberani... yahh walau pun minus di pelajaran doang sih tuh anak," sambung David dan disetujui oleh Farel.

"Kata si Tasya mah 'gapapa nilai kecil asal naik kelas'... walau dapet nilai pas-pasan ga pernah berkecil hati. Sama kek gue!" ucap Farel.

"Prett! Lo dapet nilai gocap ulangan kemaren ngereog tuh!" Balas David langsung mendapatkan tabokan dari Farel.

Raka. Walau kedua cowo itu sudah mengoceh dia tetap diam saja. Membuat David dan Farel saling menatap. Mereka mendapatkan feeling jika mungkin saja Raka tidak mengerti bahasa yang meraka katakan.

"Bener kata anak-anak lo ganteng, tapi masih gantengan gue sih!" Kata David penuh kepedean.

"Bro! Diem-diem bae lo, lo ga ngerti kita ngomong apa? Apa lo ga bisa bahasa indonesia?" Kata Farel yang mulai gereget tidak ada sahutan sama sekali sejak tadi "Mungkin sih, dia kan pindahan dari swiss---Dav coba lo ngomong pake bahasa inggris!" titahnya.

"How you name?" tanya David namun Farel terdiam sesaat mencerna ucapan David yang sepertinya ada yang menjanggal.

"What, bego! Bukan how!" koreksi cowo itu. "Dah lah gue aja!"

"My Name is Farel, Farel ganteng. And my Name is friend, David---terus apa lagi yah?"

"Yeh! Loh, sok-sok ngomong bahasa Inggris. Udah lah yang bener mah pake translate!" ucap David sembari mengeluarkan ponselnya.

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang