Chapter 1 : Still Life

696 30 0
                                    




There are so many words circulating around me.
But none feels like how I feel.
I can just feel it like the moon surely rises after the sun rises.
Like fingernails grow.
Like the trees undress themselves layer by layer when the winter comes.
That you are the one who will give meaning to my memories.
That you are the one who will make a person into a love.
Before knowing you, my heart was filled with straight lines only.
You erode all my edges and make me a love.
Among those countlessly many straight lines.
When we gently sit on it, it becomes a heart.

Suara bel mengakhiri puisi yang dibacakan oleh dosen muda itu.

Para mahasiswa bertepuk tangan sebelum membereskan buku-bukunya.

"Don't forget to study hard for your final exam okay!"

Namjoon menatap mahasiswanya satu per satu saat mereka keluar ruangan.

Akhirnya ia menjadi dosen tetap di universitas itu.


Satu tahun berlalu sejak kepergian Seokjin ke Paris.
Kehidupan Namjoon perlahan mulai berjalan normal kembali.

Buku kumpulan puisinya baru saja terbit.

Para mahasiswanya memohon untuk Namjoon membacakannya pada saat ia mengajar dan itu membuatnya bangga.

Setidaknya ia merasa banyak orang mendukung diantara kesepiannya.

Toko bunganya telah berubah menjadi sebuah cafe.
Ya. Mereka memutuskan untuk menjual rumah itu beberapa bulan lalu dan pindah ke apartemen.

Jimin kembali ke rumah orang tuanya. Ia membantu ayahnya mengurus kebun bunganya disana.

Apartemen Seokjin sekarang ditempati oleh adiknya, Jungkook.

Ia pun sudah bekerja selama setengah tahun di sebuah kantor pengacara.

Hoseok tengah mencoba keberuntungannya di bidang tarik suara.
Pria berhidung tajam itu memiliki suara yang indah baik vokal maupun rap.
Niatnya untuk menekuni bidang itu muncul pertama kali waktu ia melihat kemampuan ajaib Namjoon saat mereka karaoke bersama.

Dan Yoongi telah menjadi dokter kepala di rumah sakitnya.

Walaupun mereka berada dalam satu kota, tidak ada satupun yang pernah bertemu atau berkabar satu sama lain.
Mereka benar-benar fokus dengan karirnya masing-masing.

Namjoon merasa kesepian.

Hidupnya yang biasa berwarna dengan celotehan adiknya tiba-tiba senyap.

Seokjin yang biasa datang dengan bungkusan berisi bahan makanan dan memasak untuk mereka sudah tidak ada lagi.

Potret wajahnya yang indah pun telah menghilang dari billboard dan majalah-majalah di kota itu.

Semua tentang Seokjin hanya tinggal kenangan di hati Namjoon.

Sakit? Pasti. Tapi hidup harus terus berjalan bukan?

Ia berencana untuk menabung sebanyak-banyaknya, membahagiakan orang tuanya dan travelling.
Mungkin itu yang bisa membahagiakan hidupnya sekarang ini.

Kenangan-kenangan indah dan juga kebodohannya untuk membiarkan Seokjin pergi dari hidupnya perlahan menghilang seiring berjalannya waktu.

Setidaknya itu yang ia yakini.


BRUK


"Man! Watch your step!" Pria arogan berkacamata hitam itu menegur Namjoon yang baru saja berbelok ke arah kelasnya.

"Jackson?" Namjoon membetulkan kacamata yang melorot dari tulang hidungnya.

"Joonieeeee! Oh my God!" Pria itu langsung menarik dan memeluk Namjoon erat.

"Hey man! Sedang apa kau disini?" Namjoon melepaskan pelukannya dan menjabat tangannya.

"Damn you look hot in suit Joonie..." Jackson melepas kacamata hitamnya dan mengecek penampilannya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Shut up!" Namjoon melirik malas.

"Bercanda Joonie...aku kebetulan ada bisnis di sekitar sini dan tiba-tiba kangen, jadi aku mampir sebentar untuk melihat-lihat kampus kita ini dulu"

"Oh. Jangan bilang kau jadi dosen disini?!" Ia baru tersadar Namjoon memeluk beberapa buku tebal di tangannya.

Namjoon tergelak dan mengangguk. "That obvious huh?!"

"Hmmmm....biar kutebak......sastra Inggris?"

"You know me well man" Namjoon meringis.

"Ini cocok denganmu Joonie" Jackson tersenyum memiringkan kepalanya.

"Hey...listen, aku ada acara dengan perusahaan bosku dan beberapa agensi modeling di hotel sekitar sini"

"Datanglah jam 8 malam nanti. Kita minum setelahnya. Aku masih kangen"

Namjoon membulatkan matanya.

"A-bukan kangen bagaimana...maksudku...kita sudah lama sekali tidak bertemu....jadi...."
"Okay?"

"Mmmm....bolehlah...aku juga tidak ada acara malam ini" Namjoon menghela napas dan tersenyum.

"Still love that dimples" Jackson mencubit pelan pipi Namjoon dan kembali memakai kacamata hitamnya.

"See you tonight Joonie"

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang