Chapter 7 : Next Step

228 27 0
                                    




"Tidak mungkin" Pikirnya.
"Seokjin berada jauh dari sini"

Namjoon segera menuju tempat tidurnya.

Berharap malam itu segera berakhir. Ia ingin segera bertemu Jungkook.

Biasanya Seokjin datang dan mengetuk pintu belakang rumahnya yang dulu.

Entah untuk marah atau mencurahkan kesedihannya.

Keesokan paginya Namjoon akan melihat pria itu tertidur pulas di sampingnya.

Dan semua akan baik-baik saja.

Namjoon pun perlahan tertidur dalam kenangannya.




"Joon hyung astaga!"

Pria gondrong itu tersenyum lebar sekali dan melompat memeluk Namjoon yang masih berdiri di depan pintu.

"Jungkookie?" Namjoon menatap lekat pria di hadapannya.

Pakaiannya serba hitam dan sebuah kain putih besar melingkar di lengan kirinya.

"Kau mau kemana? Ada apa ini?" Namjoon khawatir.

Jungkook membulatkan matanya sebentar lalu tersadar bahwa Namjoon sama sekali tidak tahu yang sedang terjadi.

"Appa dan Eomma kecelakaan dan meninggal kemarin pagi hyung.."

"Aku baru akan pergi ke rumah duka"

"Kemarin aku masih bekerja jadi Jin hyung yang mengurus semuanya"


"Jin hyung......"

"Seokjin disini?!"

Keduanya tiba di sebuah tempat penyemayaman jenazah yang agak terpencil di pinggir kota.

Beberapa karangan bunga berjajar di depan pintu masuknya.

Orang-orang berpakaian serba hitam berlalu lalang dan berbicara satu sama lain.

Keluarga dekat dan rekan bisnis.


Jungkook berjalan cepat menuju ruangan paling pojok. Namjoon mengikutinya.

Jantungnya berdegup amat kencang.

Kekhawatirannya memuncak saat ia melihat bahu lebar itu sedang membelakanginya.

Berjabat tangan dengan beberapa orang yang kelihatannya akan pergi meninggalkan ruangan penuh asap dupa itu.

Seorang wanita paruh baya memeluk erat tubuhnya yang kecil dan mengusap pipinya lembut.


"Hyung....aku datang"

"Kookieyaaa...."

Pria itu berbalik dan memeluknya lemas. Lingkar hitam di bawah matanya terlihat jelas.

Seokjin pasti belum tidur.

Ia terpejam di bahu Jungkook.

Dan ketika kedua matanya terbuka. Ia menghela napas panjang dan tersenyum lemah ketika mengetahui siapa yang menyusul tepat di belakang adiknya.

"S-Seokjin...."

"Aku turut berduka cita"

Namjoon merasakan wajahnya amat panas. Rasa rindu yang selama ini terpendam seperti meraung meronta ingin memeluk pria di hadapannya.

"Joon hyung tiba-tiba datang ke apartemen"

"Kebetulan sekali bukan?" Jungkook tersenyum lebar.

"Hyung istirahat ya...aku akan gantian menerima tamu"
Jungkook menggenggam kedua lengan kakaknya lalu meninggalkannya ke dalam.

Sedetik kemudian kedua mata mereka bertemu.

Ia menarik tangan Namjoon yang terulur untuk menjabat tangannya.

Membawanya ke jalan sempit di sebelah ruangan itu.

Seokjin memeluknya.

Memeluknya sangat erat dengan sisa-sisa tenaganya.

Detak jantung Namjoon semakin keras dan cepat.

Ia membalas pelukannya lebih erat lagi.

Demi Tuhan ia sangat merindukan pria dalam dekapannya itu.

Seokjin bernapas dengan cepat.
Namjoon segera melepaskan pelukannya takut pria rapuh itu kehabisan udara.

"Seokjin-ah...." Ia merendahkan tubuhnya.

Kebiasaannya ketika ingin memastikan tidak terjadi sesuatu pada pria kesayangannya itu.

Seokjin menatapnya. Raut wajah kecilnya terlihat sangat lelah.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya lembut.

Seokjin mengangguk.

"Anehnya aku baik-baik saja Namjoon-ah..."

"Aku tidak merasakan sedih..."

"Kookie juga bilang begitu ketika mengabariku"

Namjoon tersenyum lega.

Ia berkedip perlahan.
Tangannya refleks bergerak mengelus pipi Seokjin.

Pria itu memejamkan mata dan memiringkan wajahnya mengikuti hangatnya sentuhan yang ia sudah lama ia  rindukan.


"Jadi benar mobil yang kulihat mengebut tadi malam itu adalah kau" Ia menggeleng dan tersenyum.

Tidak dapat dipercaya.

Dari sekian banyak malam yang ia lalui, hanya malam tadi ia merasa ingin sekali memandangi jalanan yang sangat tidak menarik itu.

Hanya untuk mengetahui bahwa Seokjinnya telah kembali.

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang