TOK TOK
Namjoon berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Jimin-ah...kukira kau langsung...."
"Hi! Hahahaha....aku datang menjemputmu"
Jackson muncul dengan senyum lebarnya.
"A-kau juga ikut? Ada apa ini?"
"Hey...aku tersinggung" Ujarnya sambil melangkah masuk ke dalam apartemennya.
"I'm their friend too Joonie..."
Ia menjatuhkan dirinya di sofa.
"Since when?" Namjoon menutup pintu di belakangnya.
"Since I'm the one who's always beside you at the hospital...duh!"
•
•
•
"Eoh? Private room?"
Namjoon terbengong sambil berjalan di depan Jackson.
"Ruangan lain penuh katanya" Jackson berbohong.
Namjoon membuka pintu.
Mereka semua menengok sambil tersenyum lebar.
"Teman-teman....kalian tidak perlu...."
Ucapannya terpotong.
Satu sosok yang sangat menarik perhatiannya duduk di ujung meja menatapnya.
Memiringkan kepala dan tersenyum manis.
Namjoon membuka mulutnya lebar.
"Seokjinnie?"
Ia menghambur hendak menghampirinya.
"Whoaaa...whoaa.....easy man!"
Jackson menahan tubuhnya yang hampir berlari.
Jimin dan Yoongi ikut berdiri dari duduknya, bersiap menangkap tubuh besar yang ceroboh itu jika ia jatuh.
Sementara Hoseok, Jungkook dan Seokjin hanya tertawa geli melihat tingkahnya.
Seokjin berdiri menghampirinya dengan cepat. Berdiri di hadapannya dan tersenyum lebar.
"Ini benar kau?" Namjoon menyentuh pipinya dengan ibu jarinya ragu-ragu.
"Ini aku Namjoonie...maaf aku baru bisa pulang sekarang"
Ia menyentuh bekas-bekas luka di wajah dan kepalanya dan mengecupnya lembut.
"Ookayyyy....saatnya kita karaoke"
Jungkook memberi kode agar mereka semua meninggalkan pasangan yang baru saja bertemu itu.
Seokjin menarik tangan Namjoon yang hendak menyusul mereka keluar.
"Ada yang ingin kubicarakan Namjoonie..."
Ia menoleh kaget.
"T-tapi mereka..." Namjoon menunjuk ke arah teman-temannya yang telah menghilang di lorong itu.
"Duduklah.."
Seokjin menggiringnya untuk duduk di sofa sementara Seokjin duduk berhadapan di bangku kecil.
"Bagaimana kabarmu?" Ia menyingkirkan rambut yang menutupi kening Namjoon lembut.
"B-baik....ada apa ini Seokjinnie?"
"Kau membuatku takut..." Ia menangkap tangan Seokjin yang masih berada di keningnya.
"Namjoonie..." Ia tersenyum sebelum memulai ucapannya.
"Pertama aku ingin meminta maaf untuk peristiwa yang membuatmu ingat kembali akan masa lalumu dan Jackson"
"Kedua aku juga ingin minta maaf telah meninggalkanmu"
"Hoseok bilang kau menyusul tapi terlambat karena macet"
"Sedih sekali jika aku mengingatnya"
Seokjin menunduk.
"Seokjinnie....itu kan sudah lama berlalu"
"Apa yang ingin kau sampaikan?"
"Please jangan buat aku khawatir..."
"Kita baru saja memulai hubungan ini..."
Namjoon menggenggam erat kedua tangan Seokjin tapi ia melepaskannya dan bergantian menggenggam tangan pria itu.
"A-aku tahu akan selalu ada hal-hal yang membuat kita kecewa nantinya"
"Tapi jika kita saling percaya dan tetap jujur satu sama lain....kita akan bisa melewatinya bukan?"
Namjoon mengangguk sambil masih membulatkan mata dan bibirnya bingung.
"Dan.....aku lebih memilih untuk berjuang melewati kekecewaan itu bersamamu"
"Daripada harus kehilanganmu lagi..."
DEG
"J-jadi..."
Seokjin menggeser ke belakang bangku yang ia duduki dan berlutut dengan satu kakinya.
Ia mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.
"Menikahlah denganku Namjoonie..."
Namjoon mengerjapkkan mata berulang kali menatap benda berkilau yang diletakkan di dalam kotak beludru kecil berwarna biru di hadapannya.
Ia menatap Seokjin dan kembali menatap cincin itu bergantian.
"Seokjinnie~~~~"
"Harusnya ini rencanakuuuu...." Akhirnya Namjoon bersuara.
"Kau belum menjawabnya Namjoonie..."
Namjoon mengangguk cepat. Seokjin tersenyum lega dan memasangkan cincin itu dengan gemetar ke jari manis dan mengecupnya.
"Aahhhhhh......aku gugup sekaliiii"
Seokjin menyandarkan keningnya di atas lutut Namjoon yang masih duduk."Kau gemetar hahahaha" Namjoon menarik bahu pria di hadapannya untuk berdiri.
"Yyaahhhhhh....perutku sampai sakit"
Seokjin memukul bahu Namjoon pelan.
Namjoon pun menarik Seokjin ke atas pangkuannya dan melumat bibirnya lembut.
"Better?"