Namjoon terbangun dan menengok ke sebelahnya.
Selimut dan bantalnya tertata rapi.
"Ahh....aku pasti bermimpi..." Setengah tidur ia kembali memeluk bantal gulingnya.
"Mimpi indah Seokjin ada disini...bodoh sekali..."
"Namjoon-ah...."
"Kau sudah bangun?"
Namjoon terlonjak dan terduduk ketika Seokjin memasuki kamarnya.
"Aku meminjam jubah mandimu hehe...besar sekali..."
Ia mengepakkan kedua tangannya yang tertutup lengan jubah mandi berwarna biru dan tertawa kecil.
"Hey..." Seokjin mengipaskan tangannya di hadapan wajah Namjoon yang masih terbengong.
Ia melompat dan memeluk Seokjin.
"Kukira aku bermimpi..." Ujarnya lirih.
"Namjoon-ah......" Hatinya seketika sakit. Ia membalas pelukan itu. Mengusap punggungnya lembut.
"Sudah sehat?" Namjoon melepaskan pelukannya. Matanya masih berkaca-kaca.
Seokjin mengangguk dan tersenyum.
"Aku juga memimpikanmu sebelum pulang kesini Namjoon-ah...." Ia menunduk sambil memainkan tali jubah mandinya.
"Dan waktu aku terbangun Taehyungie sedang memandangiku aneh"
"Dia mengira aku bermimpi tidak seronok hahahaha...."
NYUUTTT
"Astaga...kenapa aku lupa tentang hubungan mereka" Namjoon memalingkan wajahnya.
"B-bermimpi apa?" Ia berjalan membelakangi Seokjin kembali menuju tempat tidurnya.
"Kau menciumku...."
"Lembut dan hangat..."Langkahnya terhenti. Jantungnya mulai berdebar tak karuan.
Namjoon menoleh dan Seokjin telah berpaling.
Ia bersiap-siap untuk mendatangi tempat kremasi pagi itu."Haruskah aku bertanya?"
"Apakah ini saat yang tepat untuk membahas hubungan mereka...dan kita?""Aku membuatkan pancake di meja makan..." Seokjin menoleh sambil berpakaian.
"Ah...iya...." Namjoon tersadar dari lamunannya dan bergegas ke kamar mandi.
"Kenapa kau Kim Namjoon? Apa yang kau pikirkan?"
"Kau akan memintanya kembali di tengah-tengah hubungannya dan Taehyung yang sudah jelas-jelas beredar di publik?"
"Kau akan membahas masa lalu ketika keluarganya sedang berduka?"
Namjoon kembali dengan pikiran-pikirannya di bawah kucuran shower.
"Mmmm....pancakenya enak Seokjin-ah...."
"Kau tidak makan? Nanti maagnya kambuh lagi..."
Seokjin tersenyum dan menghampiri meja makan bundar itu.
Duduk di seberang Namjoon yang dengan lahap memakan pancake buatannya.
Ia menyuap sarapan itu sedikit dan perlahan.
"Hey..." Namjoon menatap mata Seokjin khawatir.
"Perutnya sakit lagi?"
Seokjin menggeleng.
"Lalu kenapa tidak bersemangat makannya?"
"Tidak seperti Seokjin yang ku kenal"
Namjoon terkekeh sambil kembali menyuapkan pancake ketiga ke mulutnya."Entahlah Namjoon....segalanya terasa berbeda sekarang"
Namjoon menghentikan kunyahannya. Ia meletakkan pisau dan garpunya.
"Berceritalah padaku Seokjin-ah..."
Seokjin menggeleng dan memiringkan senyumnya.
"Iya. Mungkin nanti aku akan bercerita. Sekarang aku harus segera berangkat"