"Aahhhh...makanannya keburu dingin..."
Seokjin mengeluarkan kotak bekal di atas kitchen counter apartemen Namjoon sambil mempoutkan bibirnya.
"Seokjin-ah.....maaf...." Namjoon memiringkan kepalanya sambil meringis.
"Kuhangatkan ya..."
Ia bergerak cepat untuk mengambil kotak bekal itu.
DUK
"Aawwwww..." Ia memegangi tulang pinggulnya yang tertabrak ujung kitchen counter.
Seokjin terbahak melihatnya. Suara tawa wiper jendela itu kembali terdengar.
"Namjoon-ahhhh....kau tidak berubah" Ia masih tertawa.
"Yaahhhh.....lihat pinggulku jadi memar"
Bibir Namjoon mengerucut sambil mengangkat ujung kemejanya.
Otot-otot perutnya yang semakin jelas mengintip dan sontak membuat Seokjin merona.
Ia memalingkan wajahnya yang panas.
"K-kuambilkan es batu ya.." Ia berjalan ke arah kulkas dan membukanya.
Namjoon duduk menyandar di sofa sambil memegangi bungkusan es itu di atas pinggulnya yang terbuka.
Sementara Seokjin memanaskan makanan yang ia bawa tadi.
Jantungnya tak berhenti berdegup kencang. Telinga dan wajahnya memerah.
Sesaat kemarin ia lupa jika mereka sudah setahun tidak bertemu.
Namjoon telah banyak berubah secara fisik.
Ia menelan ludahnya kasar.
"Ada yang bisa kubantu?"
Suaranya yang sangat dekat mengejutkan Seokjin.
"T-tidak....sudah beres kok..." Ia berbalik menyembunyikan wajahnya dan menuang makanan itu ke atas piring.
Dan mereka pun makan.
"Waahhhh....masakanmu tidak berubah Seokjin-ah..."
"Enak sekali"
Namjoon menyuapkan nasi goreng kimchi itu beberapa kali dengan lahap.
Seokjin menatapnya senang.
"Hey..."
"Ada apa dengan selera makanmu?"
Namjoon mendekatkan wajahnya.
"Hehe....iya ya....aku jadi seperti ini sejak tinggal di Paris"
"Aku jarang sarapan, makan malam pun sering kulewatkan"
"Kau sibuk sekali disana?"
"Tidak juga....jadwalku belum padat sebelum aku memperpanjang kontrak"
"Lalu?"
Namjoon kembali mengisi penuh mulutnya dengan suapan-suapan besar sehingga membuat pipinya menggembung.
"Namjoon-ah..."
"Pelan-pelan makannya" Seokjin terbahak melihat kelakuan menggemaskan pria di seberangnya.
Namjoon tersentak dan menelan makanannya.
"Ini enak sekali Seokjin-ah...aku kangen masakanmu" Ia meneguk air dari gelas di depannya.
"Aku juga merindukanmu Namjoon-ah..."
Seokjin berbisik."Hmm?" Namjoon melirik sambil masih meneguk airnya.
"A-tidak...."
"Selamat atas terbitnya buku puisimu..." Seokjin tersenyum lebar.
"Aniyaaa..." Namjoon terkekeh dan mengusap tengkuknya malu.
"Eoh? Kau tahu dari mana?" Wajahnya berubah kaget sambil membulatkan matanya.
"Buku itu hanya dijual disini"
Seokjin mengangguk.
"Aku memesannya hehe..."
"Before knowing you, my heart was filled with straight lines only. You erode all my edges and make me a love"
"Aku suka bagian itu..." Seokjin tersenyum memiringkan kepalanya.