Chapter 18 : Worried

215 18 0
                                    




'Seokjin-ah....aku akan datang terlambat'

'Jadwal mengajarku mundur'

'Maaf ya...'



'Tidak apa-apa'

Jawaban singkat itu diakhiri dengan emoticon senyum.




Seokjin melempar ponselnya ke atas sofa dan duduk dengan kasar.

"Hyung....jangan berpikir negatif dulu"

Jungkook dan Taehyung sore itu berkumpul di hotel tempat Seokjin menginap.

"Namjoon pasti sedang bersama Jackson Kookie.." Taehyung mendengus kesal.

"Hey....kau tidak membantu hyung..."

Jungkook memukul pelan bahu Taehyung.

Seokjin hanya memiringkan senyum melihat keduanya.

Ia membereskan barang-barang dan kopernya.

Bersiap untuk pergi besok pagi.

"Man....I forgot the flowers!"

"Oooo myyyyy Gooodddd Joonie....kau tidak pernah berubah" Jackson tergelak di seberang sana.

"Ahhh....seandainya Clematis masih buka...." Namjoon mengusap wajahnya.


"Joonie.....aku tidak pernah mengucapkan terimakasih untuk toko bunga yang kau bangun untukku..."

"So...thanks" Jackson mendengus.

"You're welcome" Namjoon pun ikut tersenyum.


"Okaayyyy....jadi bagaimana sekarang?"

"Bunga! Astaga..." Namjoon membulatkan matanya.

"Aku akan keluar setengah jam lagi...kita bertemu di toko bunga tempat dulu kita sering kesana okay?"

"Got it! Kabari aku"

Klub itu ramai seperti biasanya.

Dan seperti biasa pula Hoseok yang selalu berpenampilan modis dan mencolok itu sudah menunggunya.

Yoongi pun sudah ada disana.

Seokjin memarkir mobilnya.

Taehyung turun dari mobil yang dikendarai Jungkook.


"Jinnieee.....kau tidak sedang bersedih kan?"

Hoseok langsung merangkul bahunya ketika Seokjin menghampirinya dengan sedikit senyuman.

"Namjoon terlambat katanya..masih ada urusan di uni" Ia menjawab datar.

Hoseok dan Taehyung saling menatap dan tersenyum kecut.



Mereka semua masuk ke ruang VIP.

Kali ini mereka tidak bermain billiard atau karaoke.

Hanya akan minum dan bercerita tentang kehidupan mereka.


Tak berapa lama Jimin pun tiba.

Yoongi menyapa dengan lambaian tangan kecil diiringi oleh tatapan curiga teman-temannya.

"Wae?"
Yoongi menoleh kanan kiri ketika Hoseok mulai berdehem dan yang lain tersenyum-senyum penuh arti.


"Aku tidak bisa menghubungi kakakku"

"Sepertinya ponselnya mati"

Ia bejalan ke arah Seokjin setelah membalas sapaan Yoongi dengan senyum manisnya.


"Jiminie....kau tahu Namjoon sering bertemu dengan Jackson?"

"Tahu hyung...ia meminta tolong...."

Jimin langsung menutup mulutnya ketika ia hampir keceplosan membeberkan tentang rencana malam ini.

Seokjin memiringkan kepalanya bingung. Lalu ia mencoba menelepon Namjoon.

Lagi dan lagi.

"Ponselnya tidak aktif..." Rasa cemburu itu berubah menjadi khawatir.

Jimin terlihat asik mengobrol dengan Yoongi. Sementara Hoseok, Taehyung dan Jungkook saling bercanda di meja yang berbeda.

'Namjoon-ah...kau dimana?'

'Semuanya sudah berkumpul'

'Ini sudah lebih dari satu jam lho...'

Pesan-pesan itu terkirim tanpa balasan.

Seokjin menggenggam erat ponselnya.

Rasa takut tiba-tiba menjalar di tubuhnya.

"Namjoon tidak pernah mematikan ponsel atau lupa untuk mengisi baterainya"




TOK TOK




Suara ketukan pintu membuat mereka semua menoleh.

Seokjin berdiri dan berjalan menghampirinya.

Berharap itu adalah orang yang ia tunggu.


Langkahnya terhenti ketika seorang waiter menyembul dari balik pintu besar itu.

"Tuan Kim Seokjin?" Ia masuk sambil matanya berkeliling mencari sang pemilik nama.

Seokjin berjalan cepat menghampirinya.

"Ada yang ingin bertemu..."

Ucapannya terpotong ketika seorang pria berambut pirang mendorong pintu itu hingga terbuka lebar.


"Seokjin-ssi.....Joonie....."

"Jackson...."

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang