Chapter 15 : I Need That

220 22 0
                                    




"Sudah tenang?" Seokjin berbisik menangkup pipi dan menatapnya.

Namjoon mengangguk.

"Maaf ya tiba-tiba jadi begini..." Namjoon terkekeh diantara sisa-sisa isakannya.

"Tidak apa-apa Namjoon-ah..."
"Aku senang kau bisa jujur dengan perasaanmu..."
Seokjin tersenyum mengusap air mata dengan ibu jarinya.

Mereka duduk berhadapan di atas sofa. Menyesap teh chamomile hangat buatan Seokjin.

"Namjoon-ah...."
"Kau tidak sayang dengan rumahmu?"

"Eoh? Tiba-tiba?" Namjoon yang masih meniupi teh dalam cangkirnya membulatkan mata dan bibirnya.

"A-maksudku....kukira kau menyukai pekerjaan itu"

Seokjin meletakkan cangkirnya di meja, bersandar menyamping dengan menopang kepalanya di sandaran sofa menunggu jawaban Namjoon.

Sesaat Namjoon terlena dengan pemandangan di hadapannya.

Ia memandangi wajah Seokjin yang kecil, rambutnya yang mulai panjang dan senyumnya yang manis.

Di sorot matanya terlintas sedikit kesedihan.

Entah mengapa.



"Tadinya aku menyempatkan diri untuk memiliki dua pekerjaan Seokjin-ah..."

"Ternyata aku dan Jimin kewalahan juga hehe..."

"Dan....mmm....tujuan awalku untuk memiliki double job sudah tidak ada lagi..."

Ia mengusap tengkuknya dan kembali meminum tehnya.

"Aku?" Seokjin menunjuk wajahnya dengan polos.

Namjoon tersedak tehnya dan terbatuk kecil.

"Kau percaya diri sekali ya..." Ia tertawa canggung.

"Ahahahahahaha....maaf....maaf....." Seokjin terbahak.

"Iya...kau..."



DEG



"Namjoon-ah...."

"Hidup di negara yang sama sekali asing tidak seindah yang dibayangkan..."

"Kau tahu...aku menghabiskan empat bulan pertama dengan keluar masuk rumah sakit" Seokjin mendengus.

Namjoon menoleh kaget.

"Aku tidak bisa beradaptasi dengan baik"

"Mulai dari makanan hingga lingkungan"

"Kata dokter aku mengalami Dysthymia ringan"

"Aku kehilangan minat untuk melakukan apapun..."

"Aku benar-benar sendirian disana..."


"Taehyung tidak bersamamu?"

"Ckk...kenapa kau harus menyinggung nama itu sekarang Kim Namjoon" Ia segera menyesali pertanyaannya.

Seokjin menggeleng sambil kembali mengambil cangkir teh dan menyeruputnya.

"Selebritis yang satu itu benar-benar sibuk sesaat ia mulai bergabung dengan agensi baru kami" Ia tersenyum.

"Aku senang sekali bisa kembali kesini..."

"Walapun tidak lama"

"Kau dan Jackson sangat akrab ya..."

Uluran tangan Namjoon terhenti saat pertanyaan itu meluncur cepat dari mulut Seokjin.

"Jackson.....yah...begitulah dia hehe..."

"Clingy dan kasar" Ia mengalihkan perhatiannya.

"Tapi kau menyukainya...."

"Hey...ada apa ini?"

Namjoon mendekatkan wajahnya ketika menyadari nada bicara Seokjin yang berubah.

"Ah...tidak...tidak...." Ia kembali tersenyum.

"Ternyata hubungan kalian memang seperti itu"

Seokjin beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah dapur membawa cangkir kosongnya ke wastafel.

"Apakah ia cemburu?" Namjoon menemukan secercah harapan dalam pikirannya.


PRANGGG

"Shit!"

Namjoon terbangun dari lamunannya dan berlari menghampiri Seokjin yang sedang memegangi jarinya.

"Bodoh....cangkirnya licin sekali hahaha...ssshhhh...."

"Seokjin-ah..."
Namjoon segera mengambil tangan Seokjin dan mencucinya di bawah air keran yang mengalir.

"Pecahannya menancap..." Namjoon berusaha menarik pecahan cangkir di jari manisnya.

"Aww...sakit..sakit..." Seokjin merengek.

Darahnya mengalir setiap pecahan itu ditarik.

"Nngghhhhh...."
Seokjin kembali merengek dan menyembunyikan wajahnya di bahu Namjoon yang masih berusaha di sampingnya.

"Maaf...maaf...i know....tahan ya..."

Namjoon dengan hati-hati mengeluarkan pecahan itu diantara degup jantungnya yang makin cepat.

"Okay....sudah..." Ia lalu membersihkan lukanya, mencari plester di kotak obat dan menutupnya.

"Hiks..."

"Perih ya..." Namjoon meringis ketika melihat Seokjin menangis kecil.

Ia mengangguk sambil mengusap air matanya.

Pout di bibirnya muncul kembali. Lucu sekali.

"Cepat sembuh ya jari manis..."
Namjoon mengecup plester bergambar koala itu sambil tersenyum.

Seokjin mendongak dan melebarkan senyumnya.

"Gomawo Namjoon-ah....aku benar-benar membutuhkannya...."

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang