00.10

2.9K 172 2
                                    

'Untuk setiap atma dan segala laranya'

.
.
.
.
.
.

(Vote dulu sebelum baca)

Selamat membaca!!!!

-----

___________________

Part 10
____________________

Sebelum berangkat sekolah, Sea lebih dulu pulang. Dia kan juga ingin mengambil tas serta mengganti seragam.

Hal yang pertama kali dia lihat saat memasuki rumah adalah kedua saudara kembarnya tengah duduk termenung didepan tv.

"Ngapain lo pada?". Ken tersadar, menoleh pada Sea yang masih berdiri ditempatnya.

"Hah? Oh itu loh langitnya warna merah, estetik ga sih?". Sea menatap aneh Ken yang malah lanjut melamun. Kek nya keluarga nya Sea tuh dihuni sama orang-orang autis, autis loh ya bukan ateis.

"Ken, makan apa lo semalem? Salah makan kek nya lo, ngomong aja kaga nyambung gini".

"Oh, gue kira lo utang". Hah?? Sudahlah mending Sea pergi saja. Malas meladeni Ken yang kesadarannya masih di awang-awang.

Sea pergi ke kamarnya, mengganti pakaiannya menjadi seragam sekolah tak lupa Sea juga mengambil tas yang hanya berisi satu buku dan polpen saja.

Sea tak berniat untuk benar-benar belajar, Sea sekolah kan hanya karena gabut saja.

"Lah? Ini meja makan kok masing kosong melompong gini, bibi ga masak apa gimana?". Sea mengedarkan pandangannya, tak ada tanda-tanda pembantu di mansion. Apakah mereka meliburkan diri??

"Ken! Ini maid kemana si?!".

"Hahh?!! Gue bukan kian santang yang bisa terbang cok!". Apalah?? Ga nyambung, asli.

Sea menghampiri Ken dan juga Key yang masih setia duduk didepan tv.

"Dari pada duduk ga jelas gini mending pada mandi deh". Key menoleh, matanya mengerjap beberapa kali sampai akhirnya berteriak nyaring membuat kedua orang didepannya terkejut.

"ARGHHH!!!".

"Kenapa lo?". Sea memijat pangkal hidungnya, lelah.

"Tiba-tiba aja ada stoberi punya mulut lewat diotak gue! Gimana gue ga kaget? Secara logika itu kan ga mungkin! Tapi gue mengalami langsung loh! Gue yakin seratus persen gue ga mimpi tadi!". Dengan hebohnya, Key menceritakan kejadian yang baru saja ia alami.

Ken sendiri hanya tersenyum walau terpaksa.

"Lo belom sehebat gue yang kalo merem langsung liat gunung bentuknya kotak".

"Keren! Kembaran gue emang keren!".

"Kocak lo bedua!". Sea bertepuk tangan bangga dengan wajah pasrahnya.

"Belom mandi nih kita, mandi dulu lah ayok". Key merangkul Ken dengan sedikit berjinjit, membawa kembaranya pergi meninggalkan Sea.

"Oh ya, ini gue makan apa? Ah elah pengen masak tapi kok ga bisa". Sea menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tak bisa berfikir apapun saat ini.

"Apa gue minta bantuan Mora aja ya?".

Tanpa berfikir lebih lama, Sea mengambil ponselnya lalu ia menghubungi teman jepangnya.

"Kesambet apa lu, jam segini udah bangun mana nelpon gue lagi?".

"Bisa bantuin gue?".

"Gue gak bisa lagi sibuk".

Figuran Barbar [ Proses Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang