MSIAGD 21 - Believe

308 122 82
                                    

Itu seperti malam lainnya dimana Jeongyeon dan Nayeon makan malam bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu seperti malam lainnya dimana Jeongyeon dan Nayeon makan malam bersama. Sembilan jam telah berlalu dan Nayeon masih tidak mau berbicara dengan Jeongyeon. Meskipun memperlakukannya dengan dingin, Nayeon tetap masak dan mencuci piring seperti biasa.

Selesai makan keduanya pergi ke kamar masing-masing. Lagi, semua terjadi dalam diam. Jeongyeon belum mau tidur ketika kilatan petir menggelap malu-malu diikuti gemuruh guntur seolah membalas. Dia segera tahu, hujan akan turun deras tanpa ampun.

Hujan;
Hujan mungkin menyuburkan tanah. Tapi, apa jadinya kalau hujan turun secara berlebihan?

Itu menghancurkan semua yang menghalangi jalan mereka.

Kronologi hujan membuat Jeongyeon bertanya-tanya tentang pendekatan yang dia gunakan untuk memenangkan hati Nayeon. Apakah dia salah melakukannya sehingga menjadi tidak dapat diterima karena pendekatannya terlalu extreme? Jeongyeon ingin berubah dan konyolnya itu semua karena Im Nayeon. Ya, si gold digger.

Apakah terlalu dini untuk mengatakan bahwa dia mulai jatuh cinta pada Nayeon? Bagaimana jika perasaan mekar yang dia rasakan saat ini bukanlah cinta?

Satu hal yang Jeongyeon tahu; tidak ada kata terlambat untuk mencari tahu.

Hantaman guntur yang memekakkan telinga sukses menyadarkan Jeongyeon dari pikirannya sendiri. Tidak lama setelah itu, Jeongyeon mendengar ketukan keras di pintu kamar. Tidak ada orang lain di rumah ini selain Nayeon.

"Masuk~" Jeongyeon mengatakan persetujuannya. Pintu terbuka dengan gebrakan tiba-tiba yang kemudian membuat Jeongyeon sedikit tercekat. Di sana Jeongyeon melihat gadis kelinci itu melangkah dengan bantal di tangan.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Jeong terdengar acuh. Nayeon gelisah di atas kakinya berdiri.

"Boleh aku tidur di sini malam ini?" tanya balik Nayeon, lirih.

Guntur yang menderu membuat Jeongyeon sulit untuk mendengar dengan jelas. Kemudian gelombang guntur keras datang menghantam bumi sekali lagi. Jeongyeon melihat Nayeon ambruk di lantai, memeluk lututnya seperti anak anjing yang ketakutan.

Dari pemandangan yang muncul di hadapan, Jeongyeon tahu; Nayeon sebenarnya takut akan petir dan hujan lebat.

"Hei, gwaenchana?" dia menghampiri.

"Aku takut," gumam Nayeon.

"Arasseo, bangunlah~" kata Jeongyeon, mengangkat gadis itu dari lantai.

"Aku minta maaf karena mengganggumu."

"It's okay. Kau boleh tidur di tempat tidurku, aku akan tidur di sofa."

"Tidak, jangan." Nayeon menggelengkan kepala seolah tunangannya telah melakukan kesalahan.

"Kenapa?"

"A-aku tidak ingin tidur sendirian, itu sebabnya aku datang ke sini," dengus Nayeon, mengalihkan pandangannya dari Jeongyeon dan Jeong melihat pipi Nayeon bersemu karena malu.

My Sweetheart Is A Gold Digger [2Yeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang