Im Nayeon, bukanlah gadis licik atau sembrono. Dia hanya seorang gadis miskin biasa yang begitu lugu, dan naif. Mendapati harga dirinya dihina dan diinjak-injak oleh orang asing angkuh yang baru saja ia temui pada kejadian absurd membuatnya muak hid...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeongyeon melirik Nayeon dan fokus kembali ke jalan. Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Itu memang malam yang menegangkan. Ketika Jeongyeon akan menyerah dengan masa depannya, gadis di samping Jeongyeon malah mendadak berubah pikiran dan berdiri untuk menyelamatkannya.
Terjerat oleh insiden konyol dua hari lalu, mereka kebetulan bertemu satu sama lain. Yang awalnya sebatas orang asing, hidup mereka akan berubah drastis dengan ikatan pertunangan.
"Aku ngga tau apa yang ada di pikiranmu, tapi terima kasih~" Kata Jeongyeon pada Nayeon yang begitu tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Aku juga ngga tau apa yang salah dengan otakku. Tapi, setengah miliar itu sangat menarik." sahut Nayeon menyeringai.
"Kau memikirkan uang sepanjang waktu. Ku harap, kau takkan menyesali apa pun."
"Menyesal? Aku belum memikirkannya ㅋㅋㅋ . Tapi lihat apa yang kita dapatkan. Hadiah tambahan dari orang tuamu."
Nayeon tertawa. Satu set kunci ia tunjukan pada Jeongyeon. Suara dentingan kunci-kunci itu memenuhi mobil. Ini adalah kunci untuk sebuah bungalow. Tuan Yoo memberikannya sebagai hadiah pertunangan.
"Dan kau harus ingat apa yang dikatakan appa. Kau wajib pindah dan tinggal bersamaku."
"Dia bilang kaya gitu?"
"Ya, Im Nayeon-ssi. Ini perintah."
Jeongyeon mendengus. Nayeon pasti melamun sepanjang waktu. Yang dipikirkan Miss Gold Digger ini hanyalah barang-barang mewah. Nyatanya, Jongsuk ingin Nayeon tinggal bersama Jeongyeon. Itu adalah ketetapannya dan Jeong tidak punya kuasa untuk menolak.
"Jeongyeon-a, aku harus bilang apa ke adikku? Dia akan membanjiriku dengan banyak pertanyaan kalo aku meninggalkan rumah dan tinggal bersamamu." Nayeon menggigit jarinya. Pikirannya jelas menemui jalan buntu.
"Ku kira, adik perempuanmu cuma adik imajinasi."
"Aniya! Itu benar-benar latar belakangku. Aku punya adik perempuan. Namanya Tzuyu." kernyit Nayeon.
"Kau urus sendiri. Pokoknya, kita harus mematuhi perintah appa."
"Aku membencimu, Jeong!" lontar Nayeon jengkel.
"Benarkah? Gapapa. Aku yakin, suatu hari nanti kamu akan jatuh cinta padaku."
"Di mimpimu!"
"Hentikan, Nay. Aku lelah. Kamu berisik sekali. Omong-omong, dimana rumahmu? Biar ku antar sekalian." Jeongyeon menghela napas. Memperlambat mobilnya saat mencapai area dimana Jeongyeon menurunkan Nayeon tadi malam.
"Berhenti di bengkel" pinta Nayeon.
"Serius, kamu tinggal dimana?" mendadak, Jeongyeon langsung menginjak pedal rem. Untungnya tidak ada kendaraan lain di belakang mereka.