Kepanikan melanda saat petugas mendorong brankar dengan tergesa-gesa. Seseorang terluka parah dan semua orang bisa mengetahuinya dari situasi yang menegangkan tersebut.
"Jeong . . ."
Nayeon mengucapkan nama itu melalui bibirnya yang sedikit terbuka. Air mata mulai mengaburkan penglihatan saat dia berusaha keras untuk mempertahankan pandangannya pada tunangan palsunya.
"Jeongyeon-a . . ."
"Aku di sini, Nayeon. Bertahanlah. Mereka akan membantumu." Jeongyeon meraih tangan Nayeon. Mengambilnya untuk dicium.
Meski dalam tatapan kabur, Nayeon bisa melihat kalo Jeongyeon sebenarnya sedang menangis. Kemeja puitih yang dia ambil untuk gadis itu pagi ini berlumuran darah kental dan pekat.
"Ini sakit~" lirih Nayeon.
Jeongyeon sedih mendengar keluhan dari gadis lugu itu. Pandangan Jeongyeon jatuh ke tubuh Nayeon yang tak berdaya. Kausnya basah kuyup oleh darah kental dan entah bagaimana menyebar ke seluruh seprai putih yang menutupi tubuhnya. Itu tidak akan berhenti mengalir dan hal tersebut membuat Jeongyeon takut.
"Sangat sakit Jeongyeon-a . ."
"Aku tahu, aku tahu. Tolong bertahanlah, Nay. Dokter akan menolongmu~" sesaat, Jeongyeon harus mengejar langkahnya.
Petugas terus mendorong brankar ke kecepatan tercepat dan Jeongyeon kehilangan ritme gerakan saat berbicara dengan Nayeon sebelumnya.
"Aku tidak bisa. . ." Jeong melihat Nayeon perlahan menutup mata. Gadis kelinci itu akan kehilangan kesadaran.
"Nay bicara padaku. Jangan tutup matamu." lembut, Jeongyeon menekan pipi gadis itu agar Nayeon mendapatkan kembali kesadarannya. Gelombang ketakutan melanda Jeongyeon saat pikiran kehilangan Nayeon terus menghantui.
Jeongyeon berharap Nayeon akan menanggapinya, namun dia malah melihat Nayeon tersenyum tipis; sangat tipis.
"Semua akan baik-baik aja. Ku mohon bertahanlah Nayeon~" pada saat ini Jeongyeon melihat gadis itu menggelengkan kepala.
"Ada sesuatu yang mau kukatakan padamu. . ."
"Apa?" Jeongyeon harus menundukkan kepalanya ke dekat Nayeon ketika suara langkah kaki jelas jauh lebih keras daripada suara gadis itu.
"Katakan saja. Aku akan mendengarkan mu, sayang" tersenyum getir, Jeongyeon menunggu dengan sabar.
"Kupikir. . ."
"A-aku . . ."
"Aku cint-"
"Tolong tunggu di luar, Tuan!"
Salah satu perawat menghentikan Jeongyeon, jelas tidak mengetahui jenis kelamin Jeongyeon.
Terlalu dini bagi Jeongyeon untuk menyadari bahwa mereka akhirnya sampai di pintu darurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetheart Is A Gold Digger [2Yeon]
FanfictionIm Nayeon, bukanlah gadis licik atau sembrono. Dia hanya seorang gadis miskin biasa yang begitu lugu, dan naif. Mendapati harga dirinya dihina dan diinjak-injak oleh orang asing angkuh yang baru saja ia temui pada kejadian absurd membuatnya muak hid...