Membaik

137 11 0
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡








"Na, kenyang." Rengek Jeno, tapi tangan Jaemin tetep nyiapin isi sendok.

"Heh, masa kenyang sih? Baru juga tiga suap."

"Tapi suapan kamu itu segede apa, coba lihat !!"

Jaemin melirik isi sendok yang bahkan terisi lebih dari penuh, sampai beberapa bagian berjatuhan kembali.

"Yakan biar kenyang Jen."

"Dan sekarang, aku kenyang."

"Masa baru tiga suap?"

"Naaaa, kenyang itu gak harus habis semuanya kan."

"Tapi ini sayang loh, mubazir Jen."

"Tapi aku udah kenyang."

"Yaudah, aku abisin." Jaemin bersiap nyuapin sendok itu.

"Eh jangan !!" Tangannya ditahan Jeno.

"Apa lagi deh?"

"Itu bekas aku Na."

"Ya terus? Biasanya juga langsung antar mulut." Mata sabit Jeno ngebola.

"Uhukk." Jaemin noleh, baru sadar ada papa nya Jeno.

"Hehe maaf yah om, itu bercanda kok." Sangkal Jaemin.

Taeil ngangguk. "Beneran juga gakpapa, hak kalian. Cuma yah om titip aja, jangan sampe kelewat batas kalo belum sanggup sama konsekuensinya !!"

"Iya paa, kita masih bisa kontrol diri kok." Yang balas Jeno.

"Pinter anak papa, oh iya." Dua sosok yang lebih muda itu, menatap Taeil yang jalan menghampiri. "Nama kamu Huang Jaemin kan?"

Yang ditunjuk ngangguk. "Iya om."

"Tapi kok, dipanggil Nana?" Jeno senyum, soalnya dia tahu kalo Jaemin males bahas hal ini.

"Jadi dulu dia punya boneka kelinci paa terus dikasih nama Nana, bonekanya ilang tapi namanya malah nempel ke dia." Yang jelasin malah Jeno. "Lucu kan paa?" Jeno terkekeh sembari menggoda sang pacar.

Taeil manggut-manggut. "Lucu, kayak orangnya."

Jaemin ngerasa hangat seketika, gelak tawa Jeno yang sudah lama tidak dia dengar akhirnya kembali mengudara. Walaupun guyonan papa dan anak itu sama-sama kriuk tapi anehnya berhasil menciptakan suasana yang nyaman.

Semua orang juga merasa senang, tapi sebenarnya Doyoung jadi merasa gak enak sama Jaemin. Soalnya sebelum dan setelah kerja, Jaemin sering mampir untuk jenguk Jeno dulu.

Doyoung tahu hal itu pasti capek banget, cuma kondisi Jeno emang harus banyak dipantau. Apalagi lelaki sipit itu hanya mau tertawa dan banyak bersuara saat ada Jaemin saja, karena selebihnya dia akan berbicara seperlunya tanpa sebuah tawa atau seulas senyum pun.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang