Pejuang

164 9 0
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡












Haechan mungkin udah termasuk pejuang garis dua, soalnya sampe sekarang belum ada tanda-tanda dia akan mendapatkan kabar gembira itu.

Seperti pagi ini, Haechan yang emang nyetok banyak tes kehamilan itu, pengen nyoba buat tes lagi. Kayaknya dua minggu sekali, Haechan ngelakuin tes.

Dan hasilnya tetap sama, garis merah muda itu tidak bertambah. Haechan menghela nafas, dia ngebuang asal hasil tes itu.

Setelah nya Haechan duduk di pinggiran bathub, dia ngehela nafas berkali-kali.

Saat ini Haechan hanya butuh waktu buat numpahin semuanya, walaupun di luar kamar dia akan terlihat baik-baik aja tapi di dalam kamar, Haechan akan menangis untuk segala nasibnya.

Capek sih, tapi Haechan gak mungkin nunjukin wajah penuh kecewanya ini pada orang lain, bahkan Mark saja tahu Haechan suka nangis diam-diam saat tidak sengaja memergoki nya langsung.

Makanya dengan pengalaman itu, Mark jadi sering ngebuhungin suaminya. Seperti sekarang, ditengah tangis itu Haechan melirik layar ponselnya yang menyala.

Mark udah tahu jam-jam rawannya Haechan menangis, diantaranya saat Mark dan seisi rumah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing, disaat itu Haechan akan menumpahkan gundah gulana nya melalui air mata.

Haechan ngehela nafas dulu, biar suaranya gak kedengeran geter.

"Hallo kak?"

"Sayang, aku ganti panggilan video yah."

"Jangaan."

Mark ngehela nafas. "Belum selesai nangisnya?"

Haechan menggeleng walaupun dia tahu kalo suaminya gak bisa lihat, tapi yaudah gakpapa.

"Udah kok." Jawab Haechan sambil menggigit bibir bawahnya.

"Beneran?"

"Iyaah."

"Sayang."

"Em?"

"Love you."

Haechan senyum kecil. "Too." Balasnya.

"Jangan sedih terus yah !! Inget kata Mae, coba buat diikhlaskan. Kita udah berusaha, berdo'a tiap hari kita panjatkan, sekarang tinggal sabarnya yah !!"

"Iyaa kak."

"Aku takut kamu malah sakit, jangan kepikiran terus !!"

"Iya kakak."

"Kamu iya iya aja."

Haechan terkekeh, lucu aja kalo denger suara rengekan suaminya.

"Kita nikah baru mau satu tahun Chan, diluar sana masih banyak yang nunggu sampe puluhan tahun, mereka juga paham kok sama perjuangan kita. Jadi jangan berkecil hati yah !! Tuhan pasti punya jadwal sendiri buat masing-masing umatnya."

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang