Aku melihatnya. Aku melihat semuanya. Aku berdiri ditangga rumah, melihat perbincangan Bibi Arianne dan Paman Wilbert. Mungkin sekarang aku sedang menjadi Brigitta yang tidak sengaja mengintip pembicaraan Bibi Arianne dan Paman Wilbert. Mereka berdua masih duduk diam ditempat mereka masing-masing.
“Maafkan aku.” Itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Paman Wilbert. “Aku memang menyayangi Arianne.”
Bibi Arianne langsung menatap wajah Paman Wilbert dengan sebuah senyuman lembut. “Katakan yang sebenarnya.”
Paman Wilbert mengangguk pelan. “Aku masih menyayangi Josephine setelah sepuluh tahun dia tiada. Kedatanganmu kedalam hidupku membuat semuanya berubah. Aku pikir aku mencintaimu.” Paman Wilbert menghela nafas panjang. “Tapi aku hanya belum siap melanjutkan hubungan ini lebih jauh, Arianne. Aku belum siap.”
Bibi Arianne berdiri dari tempat duduknya lalu merangkul Paman Wilbert dari belakang. “Aku tahu perasaanmu. Aku nggak apa-apa. Joe dan Ariel hanya bercanda tentang semua itu. Kau tidak usah memikirkan kata-kata mereka.”
“Aku minta maaf, Arianne. Aku berharap hubungan kita ini akan tetap sama seperti dulu.” Paman Wilbert berdiri dari tempat duduknya memegang kedua tangan Bibi Arianne. “Aku kembali dulu.”
Bibi Arianne hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis pada Paman Wilbert. Ketika Paman Wilbert keluar dari rumah, Bibi Arianne langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku mendengar suaranya menangis tersedu-sedu. Dia langsung beranjak kemeja makan dan mengambil tissue untuk menghapus air matanya. Dan beberapa saat kemudian, aku masuk kedalam rumah dengan wajah kebingungan.
Semuanya berubah dengan cepat. Aku seperti masuk kedalam sebuah arus dan seluruh tubuhku tidak apat digerakkan. Seluruh inderaku terasa dinonaktifkan dan aku hanya dapat melihat kegelapan.
Aku seperti terbanting kedalam sebuah mobil dan tubuhku terasa tidak nyaman. Tanganku mengecil dan aku menggunakan pakaian berwarna biru muda lengan panjang. Aku tahu bakal terdampar kedalam mimpi ini sekali lagi, suatu saat nanti. Radio mobil mengalun indah memperdengarkan suara Michael Bolton dimalam Natal.
“Kenapa kau terdiam, Sayang?” Ibu yang duduk disamping Ayah, tersenyum manis padaku seolah-olah tidak bakal terjadi apa-apa. “Ayo menyanyi bersama-sama.”
“Ini bukan lagu Natal, Bu.” Aku menjawab sesuai dengan perkataanku saat itu. “Ini lagu tentang cowok yang diputuskan oleh pacarnya.”
“Sebentar lagi kita sampai dirumah Bibi Arianne-mu dan kau bakal menyenangi rumahnya itu. Aku sangat suka ketika berlibur ke Luna Wand.”
“Kenapa kalian pindah dari Luna Wand ke NYC kalau kalian berdua berasal dari sini,” jawabku. “Disini memang menyenangkan. Banyak bangunan kuno dan hantu-hantunya tampak...” Aku terdiam beberapa saat, melihat kearah jendela mobil dan melihat sekitar lima hantu seakan-akan memukul jendela mobil sambil menggeleng keras. “Mereka...” Aku menunjuk hantu-hantu itu, mencari kata yang tepat untuk menunjukkan ekspresi mereka. “Mereka tidak memperbolehkan kita berada disini...” gumamku.
Dan hal berikutnya yang kuketahui adalah sebuah tubuh terlempar kejendela mobil Ayah, membuat Ayah kaget dan membanting setirnya kekanan, kearah hutan dan menabrak sebuah pohon. Tidak hanya itu, pohon setinggi empat meter itu tumbang dengan perlahan kearah mobil. Aku berteriak sekeras mungkin, sedangkan Ibu dan Ayahku terdiam mungkin mereka pingsan. Pohon itu jatuh tepat diatasku dan kap mobilku langsung penyok dalam sekejap. Aku terjebak dijok belakang, tidak bisa keluar dari mobil dan melakukan apapun.
Rasanya sangat menyiksa ketika harus mengulangi waktu-waktu ini. Aku ketakutan. Aku kedinginan. Semua hantu yang jahat berkeliling disekitarku. Aku melihat dengan perlahan, arwah Ibu dan Ayah melayang keatas dengan tatapan kosong, mereka terus naik keatas, seperti yang aku lihat ketika Nenek meninggal tiga tahun yang lalu. Rasanya sangat menyiksa. Ini semua terasa begitu nyata, seakan-akan ini bukan mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Wand: The Unknown Story
ПриключенияMeredith Boone tidak pernah berpikir bahwa hidupnya bakal berubah. seratus delapan puluh derajat. Kematian ayahnya membuatnya diusir dari rumahnya di Paris. Meredith, beserta ketiga adiknya dan Ibunya harus kembali kekampung halaman Ibunya di Amerik...